Kelender Liturgi

Sabtu, 06 Februari 2016

PERAYAAN EKARISTI PESTA YESUS DIPERSEMBAHKAN DI KENISAH SERAYA MENGUCAP SYUKUR ATAS ULANG TAHUN TAHBISAN PRESBYTERAT RD. THOMAS GREGORIUS SLAMET RIYADI (2002 – 2 FEBRUARI-2016)

PERAYAAN EKARISTI PESTA YESUS DIPERSEMBAHKAN DI KENISAH
SERAYA MENGUCAP SYUKUR ATAS ULANG TAHUN TAHBISAN PRESBYTERAT RD. THOMAS GREGORIUS SLAMET RIYADI
(2 FEBRUARI 2002 – 2 FEBRUARI 2016)


Paroki Kristus Raja – Serang menghidupkan kembali  suatu perayaan yang sudah langka setelah masa Natal usai. Sebagaimana kita ketahui, 40 hari yang lalu kita merayakan Natal, kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus dengan penuh syukur, sukacita, dan semarak. Kemudian masa Natal akan berakhir pada tanggal 2 Februari 2016 dengan perayaan pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah. Maka pada tanggal 3 Februari 2016, diadakan perayaan pesta tersebut di Gereja Katolik Kristus Raja – Serang dengan melibatkan segenap umat paroki utamanya anak-anak yang tergabung dalam BIA (Bina Iman Anak).
  
Jika melihat sejarah dari  peristiwa Yesus diserahkan di kenisah, maka erat kaitannya dengan hukum Taurat. Dalam hukum tersebut tertulis: “Kuduskanlah bagi-Ku semua anak sulung, semua yang lahir terdahulu dari kandungan pada orang Israel, baik pada manusia maupun pada hewan; Akulah yang empunya mereka” (Keluaran 13: 2). Oleh karena itu Yusuf dan Maria juga mempersembahkan Yesus sebagai ungkapan syukur atas anugerah istimewa dalam hidup mereka, yakni Yesus sendiri sang putera sulung. Mereka ingin bersyukur kepada Allah atas sang putera yang menghadirkan kebahagiaan dalam keluarga.

Dalam Injil dikisahkan bahwa Yesus dipersembahkan di Kenisah atau Bait Allah setelah 40 hari kelahirannya dan setelah 32 hari Dia disunat. Diceritakan pula bagaimana keluarga kudus Nazaret itu bertemu dengan Simeon dan Hana. Simeon memberkati Yesus dan berkata kepada Maria bahwa Yesus akan menjadi terang dunia. Sedangkan Hana mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Sungguh, hal ini menjadi tanda bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan seluruh umat manusia.

Jadi, apakah Yesus dipersembahkan di Kenisah hanya untuk memenuhi hukum Taurat? Ternyata tidak hanya itu. Dia datang untuk menampakkan dirinya kepada umat yang percaya kepadaNya. Dari sinilah terungkap visi Tuhan kita Yesus Kristus bahwa Yesus yang masih bayi itu diproklamirkan menjadi Terang Dunia. Kedatangan Yesus bukan saja sebagai Mesias yang dijanjikan kepada Israel tetapi Dialah sang terang bagi segala bangsa sebagaimana ucapan Simeon.

Melihat tradisi masa lampau, para orang tua tentu tidak mau menjadikan anak-anak mereka sebagai kurban persembahan, jadi mereka menebus bayi mereka (dalam bahasa Ibrani, Pinyon ha-ben atau “menebus anak”) dengan mempersembahkan lima syikal perak (kurang lebih 50 gram perak). Mereka juga bisa menggantinya dengan mempersembahkan dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati bagi yang tidak mampu. Burung-burung itulah yang dikurbankan di altar Tuhan sebagai persembahan.

Tradisi tersebut diteruskan turun temurun dalam gereja Katolik dengan berbagai penyesuaian seturut perkembangan zaman. Di masa sekarang keluarga-keluarga membawa putra dan putrinya untuk mohon berkat Tuhan disertai pemberkatan lilin. Lilin dimaksud adalah sebagai simbol terang dan cahaya Kristus yang hendaknya harus dijaga dalam setiap keluarga Katolik. Hal ini juga sebagai perlambang Yesus Kristus sebagai terang dunia yang menghalau kegelapan dan menghadirkan damai bagi setiap umat manusia. Kita semua akan memasuki Rumah Allah untuk menyongsong dan bertemu Yesus dalam perjamuan Kudus sampai pada hari Yesus Kristus datang kembali dengan semarak kemuliaanNya.

Terdorong untuk melestarikan tradisi luhur di atas, maka Paroki Kristus Raja Serang juga merayakan pesta ini dengan rangkaian prosesi yang khidmat. Diawali dengan prosesi pemberkatan lilin dengan dipimpin oleh RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto selaku Romo Kepala Paroki Kristus Raja. Prosesi ini dilaksanakan di Aula Alexander Gereja Katolik Kristus Raja – Serang dengan diikuti ratusan anak-anak yang didampingi orangtua dan keluarganya. Pemberkatan dilakukan pada lilin-lilin yang akan digunakan di sepanjang tahun 2016 ini yaitu untuk perayaan Ekaristi ataupun juga untuk perayaan liturgis lainnya.

Prosesi ini sangat berkaitan dengan cahaya dan terang Tuhan Yesus Kristus serta kental dengan simbol-simbol penting. Simbol tersebut diantaranya mengungkapkan simbol dari penyucian, simbol dari pentahiran, simbol dari kemuliaan, dan juga simbol kemakmuran, kesuburan, kebahagiaan, serta harapan akan hidup yang lebih baik. Tahapan ini disebut juga Candle-Mass (Misa Lilin) selain juga disebut sebagai Pesta Pentahiran Bunda Perawan Maria yang telah melahirkan Tuhan Yesus. Setelah lilin diberkat dengan air suci, kemudian Romo menerima sebuah lilin yang sudah dinyalakan dan menyalahkan lilin yang sudah dipegang oleh anak-anak dan umat untuk selanjutnya  melakukan prosesi perarakan menuju ke dalam gereja.

 Puncak dari pesta ini adalah dilakukan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh RD. Thomas Gregorius Slamet Riyadi sebagai Selebran utama serta RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto dan RD. Stefanus Edwin Ticoalu sebagai Konselebran. Terasa istimewa karena pada tanggal 2 Februari 2016, Romo Thomas juga merayakan Tahbisan Presbyterat (Tabisan Imamat) yang ke-14. Lebih istimewa karena Romo yang dikenal sangat dekat dan sayang dengan anak-anak ini memperingatinya dalam sebuah misa syukur di tengah lautan wajah-wajah kecil nan ceria. 

Dalam homilinya Romo Thomas mengatakan bahwa pemberkatan dan perarakan lilin mengingatkan kita kembali pada suatu peristiwa yang mebuat orang menyadari bahwa hidup manusia harus senantiasa mengikuti rencana Allah. Bukan soal romantisme atau tradisi orang-orang Yahudi tetapi dari situ betul-betul terungkap bahwa Sang Mesias itu sudah hadir di tengah manusia. Dia yang lahir sebagai terang dunia mempunyai rencana besar untuk  menyelamatkan manusia dengan mengikuti kehendak atau rencana Allah

 Romo yang dikenal bersuara merdu ini juga menegaskan bahwa anugerah terbesarnya adalah ketika mendapat Tahbisan Imamat dalam angka-angka unik. Mulai dari tanggal tahbisan yang bernuansa angka 2, kemudian beberapa hal bernuansa angka dua lainnya. Hal tersebut seolah mengingatkan beliau akan kasih Allah yang besar dan bagaimana harus belajar lebih setia lagi kepada Tuhan seturut panggilan yang dijalaninya. Beliau harus belajar bagaimana mengajar mengajak, dan membimbing umat untuk mendengarkan serta mengimani rencana keselamatan Tuhan. Puncaknya tentu saja bagaimana umat mampu untuk menyebarkan kabar keselamatan itu dengan berbuat baik dan benar tanpa terjebak dengan rutinitas yang membosankan
 
Setelah perayaan Ekaristi, diadakan acara syukuran dan ramah tamah bersama umat atas ulang tahun Tahbisan Presbyterat RD. Thomas Gregorius Slamet Riyadi di Aula Alexander Gereja Katolik Kristus Raja – Serang.


PROFICIAT DAN SYUKUR ATAS ULANG TAHUN
TAHBISAN PRESBYTERAT XIV
RD. THOMAS GREGORIUS SLAMET RIYADI
(2 PEBRUARI 2002 - 2 PEBRUARI 2016)











0 komentar: