Kelender Liturgi

Kamis, 31 Desember 2015

PERAYAAN NATAL DI GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA - SERANG


Natal merupakan perayaan kelahiran Tuhan Yesus. Inilah perayaan penuh sukacita atas kedatangan Tuhan, Sang Juru Selamat, yang berkenan menjadi manusia lemah dan miskin,
Perayaan misa pada malam Natal ini dihadiri seluruh umat katolik di paroki Kristus Raja – Serang sekitar 6000 orang. yang meliputi  Anyer, Serang, Merak, Cilegon, Cikande (perbatasan dengan Tangerang) yang disingkat dengan  (ASMARA CINTA).
Bertindak sebagai selebran utama pada misa perayaan  Malam Natal  (Vigili Natalis) adalah  RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto, yang juga sebagai Pastor Paroki Kristus Raja – Serang  dan didampingi konselebran  RD. Thomas Gregorius Slamet Riyadi dan RD Stefanus Edwin Tecoalu

Tema perayaan Natal tahun 2015 ini adalah “HIDUP BERSAMA SEBAGAI KELUARGA ALLAH” (KEJADIAN 9:16)”
Tema ini juga merupakan pesan Natal bersama tahun 2015 oleh Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konfrensi Waligereja Indonsia (KWI). Gereja mengajak  kita semua untuk mensyukuri kehadiran Sang Juruselamat dengan merenungkan pesan tentang “Hidup Bersama sebagai Keluarga Allah.” Kita masing-masing ada dalam keluarga. Sementara itu keluarga kita berada bersama keluarga-keluarga lainnya dalam sebuah keluarga besar umat manusia. Di bumi yang satu ini, kita ditempatkan oleh Tuhan bersama seluruh ciptaan lainnya. Di situlah kita hidup bersama sebagai keluarga Allah.

Hidup bersama sebagai keluarga Allah mengandung pesan utama bahwa kita adalah satu keluarga. Sebagai anggota keluarga, kita masing-masing mempunyai tanggungjawab untuk menjadikan hidup bersama di bumi ini semakin baik; bukan hanya tanggung jawab untuk keselamatan manusia, tetapi juga untuk keutuhan seluruh ciptaan.
Demikian pula, kita diingatkan bahwa umat kristiani tidak hidup sendiri sebagai komunitas tertutup di dunia ini. Gereja hidup berdampingan dengan komunitas-komunitas lain. Perbedaan pandangan dan cara menjalani kehidupan, seringkali menimbulkan gesekan-gesekan bahkan konflik antar kelompok, golongan, ras/suku dan agama, sehingga hubungan antar umat dan antar warga menjadi kurang harmonis. Tidak sedikit orang menguras habis alam demi meraup keuntungan. Hal itu menyebabkan hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan alam terganggu. Menjadi tugas kita bersama untuk memperbaiki relasi yang rusak itu. Kita harus mengupayakan terwujudnya bumi yang satu ini sebagai “rumah kita bersama”.
Dalam semangat kelahiran Yesus kita diajak untuk menanam, menyiram dan memelihara kehidupan semua makhluk ciptaan di bumi pertiwi ini, supaya semua makhluk dapat hidup bersama sebagai keluarga Allah dengan damai, adil dan bercukupan. 


Dalam Homilinya romo Sumardiyo mengatakan bahwa perayaan Natal merupakan suatu perayaan yang mengharuhkan sekaligus menggerakan hati kita masing-masing dan gerakan ini sudah kita mulai sejak masa adven / masa penantian hingga puncaknya pada malam  hari ini (Malam Natal). Kita semua sudah mengambil bagian dalam perenungan selama 3 Minggu berturut-turut, dimana perenungan ini berkaitan dengan keluarga. Kita juga kembali merenungkan bahwa Allah menjadi manusia dan berkenan lahir diluar kota Betlehem dan dikandang hewan, diatas palungan dengan udara yang pengap dan berbau. Disini Yesus berkenan hadir didalam kehidupan kita. Dari situlah kita harus bersyukur dan bergembira bahwa Allah berkenan menjadi manusia dan tinggal ditengah kita yang lemah, rapuh dan berdosa. Untuk itulah Yesus diutus oleh BapakNya. Mari kita resapkan perayaan ini sebagai anugerah Allah berupa pribadi Agung. Dialah Yesus Kristus Sang Juru selamat kita.

Tema kita dalam malam Natal ini adalah “Hidup Bersama sebagai Keluarga Allah”, berarti bahwa kita merupakan satu bagian. Sebagai anggota keluarga, kita masing-masing mempunyai tanggungjawab untuk menjadikan hidup bersama dibumi sehingga semakin baik dan sebagai sarana bagi kita untuk menyiapkan diri menyambut kedatanganNya.  Bagaimana menjalankan tanggungjawab itu didalam tugas perutusan kita sebagai warga negara Indonesia dan sebagai warga umat katolik di gereja Kristus Raja – Serang?  Sebagai umat Kristiani di Indonesia pada umumnya dan khususnya di Karya pelayanan ASMARA CINTA maka kita akan melaksanakan dengan sepenuh hati dan  melakukan apa yang menjadi tujuan Alkitab. Ajakan kepada kita bukan untuk menghakimi atau menghukum tetapi menyelamatkan, membebaskan dan memulihkan hubungan kita yang sudah  putus ataupun masih dalam keretakan. Disitu Tuhan Yesus hadir untuk kembali mengharmoniskan hubungan kita dengan Allah BapaNya sendiri. Oleh Karena itu kita umat Kristiani kembali diingatkan untuk tidak hidup sendiri sebagai komunitas yang tertutup di dunia atau di paroki ini, tetapi senantiasa terbuka dengan komunitas yang lain.  Kita perlu mengembangkan hidup sederhana, hidup jujur ditengah-tengah pengaruh globalisasi. Kita bisa memulai dari keluarga kita masing-masing agar kedamaian bisa dirasakan keluarga-keluarga Kristiani  di kawasan paroki Kristus Raja – Serang, hingga meningkat ke tingkat lingkungan, wilayah, dan akhirnya paroki.

Romo Sumardiyo juga mengajak umat untuk bersama-sama berlutut didepan palungan, karena ditempat itulah Tuhan kita Yesus Kristus lahir. Dia adalah seorang raja dari segala raja. Dia Allah tetapi berkenan menjadi manusia dan tinggal diantara kita. Allah melakukan ini  bukan karena jasa dan perbuatan kita, tetapi karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini sehingga Ia berkenan mengutus PutraNya untuk mengangkat kita dari lumpur dosa agar kita akan dibebaskan dan diberikan kehidupan yang baru.


Perayaan Natal tahun ini sangat special, karena dihadiri oleh tokoh propinsi Banten untuk mengucapkan “Selamat  Natal” kepada seluruh umat Katolik yang berada di wilayah Banten. Pada kesempatan itu   kepala Dinas Sosial propinsi Banten, bapak Drs. H. Nandi Mulia, SMM. mewakili gubernur Banten bapak H. Rano Karno, SIP. yang secara mendadak berhalangan. Beliau membacakan pesan Natal dari bapak Gubernur.
Dalam pesannya bapak gubernur mengharapkan agar perayaan Natal tahun ini akan membawa kebahagiaan, kedamaian dan kesejahteraan kepada segenap umat Kristiani. Umat Kristiani diseluruh Banten akan melaksanakan ibadah dalam suasana penuh hikmah dan tenang. Diharapkan agar susana seperti ini akan terus kita jaga bersama sehingga dapat mewujudkan kehidupan yang makin aman, tentram dan damai untuk warga Banten. Renungan  Natal yang malam ini disampaikan di gereja-gereja pasti akan mengajak seluruh umat Kristiani untuk meningkatkan kualitas keberagamaan, kebersamaan dan kekeluargaan dan juga gereja mengajak seluruh umat Kristiani di wilayah Banten untuk dapat berpartisipasi   aktif dalam membangun daerah.

Menjadi Keluarga besar yang merupakan sub tema Natal tahun ini dinilai tepat dan relevan karena pada saat ini kita sedang melaksanakan proses pembangunanan daerah dimana dalam proses pembangunan itu kita memerlukan kebersamaan dan kekeluargaan antara seluruh komponen didaerah apapun identitas dan agamanya, memiliki tugas dan tanggungjawab yang sama untuk memajukan propinsi Banten. Mari kita satu padukan energi positip yang kita miliki untuk mewujudkan cita-cita luhur warga Banten. Mari kita bangun kerukunan beragama dengan memperkokoh toleransi. Mari kita tumbuhkan budaya saling menghargai dan saling menghormati. Dengan cara itu propinsi Banten akan menjadi proponsi yang luhur pada segala bidang serta menjadi kebanggan kita semua serta kita akan membangun keharmonisan kehidupan beragama yang berempati, produktif, aman, nyaman dan tentram sehingga kerukunan hidup beragama akan berperan besar dalam keberhasilan pembangunan demi kesejahtraan seluruh warga Banten.

Turut hadir dalam rombongan ini Kapolda Banten Brigjen Pol. Drs. Boy Rafly Amar, pengurus MUI Banten, wakil ketua I FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Banten bapak Drs. H. M. Subhi, M.M. dan Wakil ketua 2 bapak H. Maman Suratman.

SELAMAT NATAL 2015 DAN TAHUN BARU 2016

Stanis Kwen
(Komsos Paroki Kristus Raja Serang)








Sabtu, 12 Desember 2015

RETRET PENGUTUSAN  PESERTA KURSUS EVANGELISASI PRIBADI (KEP)  
PAROKI KRISTUS RAJA – SERANG DAN PAROKI SANTA MARIA TAK BERNODA - RANGKASBITUNG

Rentetan penyelenggaraan Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) yang dilaksanakan sejak tanggal 15 Agustus 2015 mencapai puncaknya dengan diadakannya retret Pengutusan selama 3 hari yaitu tanggal 4 s/d 6 Desember di Pondok Wisata Remaja Anugerah, Gadog – Bogor. Kegiatan ini berlangsung bersamaan di 2 paroki yaitu Paroki Kristus Raja – Serang dan Paroki Santa Maria Tak Bernoda – Rangkasbitung..dengan mengusung tema Jadilah Pewarta Pribadi Yesus Kristus Sang Wajah Kerahiman Allah. Peserta terdiri dari KEP umum angkatan IX (serang dan Cilegon) sebanyak 60 peserta,  KEP angkatan VI (OMK - Serang) sebanyak 3 peserta  dan KEP angkatan VI (Rangkasbitung) sebanyak 30 peserta.

Retret ini diawali dengan misa pembuka yang dipimpin oleh romo Stefanus Sumardiyo Adipranoto, Pr, selaku pastor Paroki Kristus Raja - Serang. Romo Sumardyo memaparkan  bahwa alasan pemilihan tema ini karena pada tahun 2016  bapak Suci menetapkan sebagai Tahun Kerahiman Allah. Beliau mengumumkan melalui  Bulla “Misericordae Vultus”.  Bapak Suci mengajak kita untuk melakukan pertobatan rohani, pertobatan belaskasih dan murah hati secara nyata. Tahun Yubileum ini sungguh menjadi rahmat bagi segenap umat Kristiani dan moment kebangkitan untuk melakukan pelayanan Evangelisasi baru dan melakukan pembaharuan  karya pastoral kita.  Tahun Kerahiman Allah dimulai tanggal 8 Desember 2015, pada Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda hingga tanggal 20 November 2016, Hari Raya Kristus Raja Alam Semesta.

Pernyataan bapak suci Benediktus XVI pada perayaan Minggu Evangelisasi atau Minggu misi tahun 2009 yaitu “menjadikan semua bangsa murid Kristus  adalah amanat agung dari Tuhan kita Yesus Kristus. Maka bapak suci mengajak seluruh umat Allah untuk membangkitkan dalam dirinya kesadaran akan amanat missioner, amanat tugas perutusan dari  Yesus sang Penginjil yang agung.  Misi gereja adalah menerangi semua orang yang mengarungi sabda kehidupan menuju kepada Allah. Kita semua harus melakukan pertobatan rohani dan perbuatan belas kasih secara nyata dan dialami setiap orang disekitar 

Romo Sumardyo juga mengajak peserta KEP untuk mengambil moto “Hendaklah Kamu Murah Hati Seperti Bapamu” (Merciful Like the Father) hal ini berkenaan dengan ajakan  bapak Paus Fransiskus kepada umat beriman untuk mengikuti teladan  kerahiman Allah yang meminta kita untuk tidak mudah mengadili, menghakimi atau menyalahgunakan sahabat kita.
Visi dari kegiatan ini adalah “Mengambil bagian dalam tugas panggilan gereja untuk mengembangkan dan menggiatkan  kerasulan awam dengan orientasi pada penginjilan, pengudusan dan pembaharuan tata dunia. Misinya adalah “Menyediakan kursus-kursus pembinaan kerasulan awam guna memperdalam wawasan dan semangat umat sebagai pembawa khabar baik bagi diri sendiri dan sesama.  Membangun peserta kursus dan umat yang dilayani untuk mengalami pendalaman hidup kristiani yang otentik, sehingga dapat turut serta Menghidupi persekutuan umat beriman dan pelayanan-pelayanan dalam kuasa Roh kudus.

Romo Sumardyo kembali menegaskan bahwa dalam kehidupan ini kita mengedepankan 3 hal pokok untuk kita hayati dalam hidup dan kehidupan sehari-hari yaitu:

1.      Pentingnya Evangelisasi.

Evangelisasi adalah tugas perutusan yang diamanatkan Yesus sebelum kenaikanNya ke Surga sehinga peserta KEP IX (serang), Peserta KEP VI (Rangkasbitung) dan OMK VI (serang) telah diajak mengalami kembali pertobatan.

2.      Kebutuhan Evangelisasi saat ini.

Kegiatan Kursus Evangelisasi Pribadi ini tidak terlepas dari “Misi” atau “Tugas Perutusan” yang dimiliki gereja. Ini berarti saudara-saudari alumni KEP diutus melakukan suatu kegiatan penginjilan di tanah Banten ini.

3.      Model Evangelisasi yang ideal dewasa ini

Tujuan penginjilan sebenarnya pertobatan. Pertobatan bukan hanya relasi dengan Tuhan, melainkan juga bertobat dalam relasinya dengan  sesama masyarakat dan dunia.

Pernyataan bapak suci Benediktus XVI pada perayaan Minggu Evangelisasi atau Minggu misi tahun 2009 yaitu “menjadikan semua bangsa murid Kristus  adalah amanat agung dari Tuhan kita Yesus Kristus. Maka bapak suci mengajak seluruh umat Allah untuk membangkitkan dalam dirinya kesadaran akan amanat missioner, amanat tugas perutusan dari  Yesus sang Penginjil yang agung.  Misi gereja adalah menerangi semua orang yang mengarungi sabda kehidupan menuju kepada Allah. Kita semua harus melakukan pertobatan rohani dan perbuatan belas kasih secara nyata dan dialami setiap orang disekitar 

Acara ini dikemas dalam beberapa sesi pertemuan yang dibawahkan oleh pengajar-pengajar handal dan juga diselingi dengan pujian oleh kelompok Karismatik Katolik. 

Kegiatan yang dilakukan selama reter pengutusan adalah:

1.      Pengembangan hidup Rohani berupa Misa Kudus dan Adorasi kepada Sakramen Maha Kudus,

2.     Pencerahan Hidup Rohani / Pengajaran berupa pengajaran setiap sup-tema retret, pendalam materi (Refleksi), penerimaan Karuniah Roh Kudus (Pencurahan)

3.      Pengendapan / Refleksi / Sharing hidup Rohani  berupa Refleksi / Renungan pribadi, Sharing berdua (Perjalanan Emaus), Penerimaan Sakramen tobat, Counseling Pribadi dan Siesta (istirahat) / Silentium (hening)

Puncak acara ini adalah diadakan Misa Pengutusan yang dibawahkan oleh bapak Uskup – Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM sebagai Selebran utama dan didampingi konselebran romo Sumarardyo dari paroki Kristus Raja – Serang dan Romo Andreas Bramantio dari Paroki Santa Maria tak Bernoda – Rangkasbitung.

Dalam homilinya bapak uskup mengatakan bahwa karya Agung Tuhan tengah terjadi ditengah kita, khususnya di Keuskupan Bogor dan yang menciptakan karya fenomenal itu ialah anda sekalian.bersama kedua pastor paroki dan teman-temannya. Hal ini merupakan sejarah yang penting untuk keuskupan kita karena 2 paroki di Propinsi Banten menjalankan suatu proses pengalaman hidup beriman bersama-sama.
Saat memulai tugas pengembalaan di keuskupan Bogor salah satu hal yang dilihat bapak Uskup adalah Keuskupan Bogor sedang bergerak kearah yang kurang baik yang disebut egosektor (masing-masing berjalan sendiri). Pada hal kita berada dalam satu kesatuan gereja  Katolik dan keuskupan, Sehingga ini merupakan karya Agung ditengah-tengah kita dan anda bermain didalamnya. Ini harus dikembangkan. Kita bisa bersatu karena kita menanggapi roh Tuhan, yaitu roh yang mengajak kita untuk melakukan hal-hal yang mempersatukan kita..

Ada 3 hal penting yang dikutib dalam bacaan hari ini yang dipandang meneguhkan hati kita. Yaitu-

1.      Kita perlu bersyukur dan berterimakasih pada satu dengan yang lainnya

Kita berterimakasih karena berada dalam satu iman. Pada Bacaan ke 2 surat St Paulus kepada Jemaat di Filipi ayat 4.:Saudara-saudara, setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku berdoa dengan suka cita. Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dengan berita injil dari hari pertama samapai sekarang ini. Saya berterima kasih kepada anda-anda semua karena anda telah komitmen dan bersedia untuk memberitakan injil. Kaum awam harus bertumbuh dan berkembang. Jangan tidur-tiduran. karena peran anda sekalian apalagi sudah mengikut KEP. Orang yang telah mengikuti KEP akan terbakar hatinya.dimana terbakar untuk memberitakan bahwa keselamatan itu datang dari Yesus. seperti pada bacaan injil dimana semua orang meminta keselamatan yang datangnya dari Allah.

2.      Pemberita Injil yang bersukacita dan mencintai.

Mengenai hal Pengutusan. Yohanes Pembabtis adalah utusan Tuhan. Dia membawa khabar suka cita dengan mengatakan siapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagi Tuhan., Lembah-lembah akan ditinggikan, gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan. Yohanes tidak memberitakan dirinya tetapi Tuhan yang akan datang. Firman Allah sendiri datang menjumpai dan menggerakan Yohanes Pembabtis untuk mewartakan tentang Yesus yang akan datang. Inti dari Pewartaan kitab suci adalah kita di gerakan oleh Allah sehingga kita menjadi duta-duta Allah.
Anda diutus hari ini untuk menjadi evangelis yang merupakan pemberitaan injil. Maka yang anda bawah adalah pemberitaan injil yaitu firman Allah yang kita terima. Allah mewahyukan diriNya.  Artinya  Allah memperlihatkan atau mengatakan dirinya supaya kita mengenal diriNya.  Allah adalah kasih dan meyelamatkan dimana puncaknya adalah pada pribadi Yesus Kristus. Maka Yesus merupakan jalan kehidupan dan kebenaran bahwa Allah adalah Maha Kasih.  Kita harus bersukacita karena sudah dipercayahkan oleh Tuhan. Tuhan tetap menyertai kita.   Jadilah orang Katolik yang bersukacita karena panggilan ini. Kita harus mewartakan khabar keselamatan kepada orang lain tentang jalan keselamatan dalam gereja Katolik.

3.      Kita menjadi pemberita seperti yang telah diwartakan oleh Paus


Artinya kita sebagai peberita injil menyampaikan khabar suka cita dan khabar belas kasih karena karuniah Tuhan. Yang menjadi istimewa adalah kita mampu mengakui dosa kita atau mampu memaafkan. Kita mau mengikuti Allah yang memaafkan

Stanis Kwen

Komsos Paroko Kristus Raja - Serang







Minggu, 29 November 2015

SURAT GEMBALA AKSI ADVEN PEMBANGUNAN KEUSKUPAN BOGOR TAHUN 2015


“Keluarga: Rahim Belas Kasih dan Pengampunan”
Saudara-saudari para imam, bruder, suster serta para bapa-ibu, kakek nenek, anak-anak, orang muda katolik yang terkasih dalam Kristus.
Damai dan bergembiralah dalam Tuhan!
Kita akan memulai pembukaan Tahun Liturgi baru tanggal 29 November sebagai Minggu Pertama masa Adven, masa penantian akan kelahiran Yesus Kristus yang dijanjikan Allah kepada umatNya. Masa penantian ini kita hayati bersama dalam sikap tobat untuk pembaruan hidup pribadi dan hidup keluarga.
Secara khusus, Kami, Uskupmu bersama para imam, seluruh perangkat Keuskupan, Paroki, Wilayah dan lingkungan selama masa Adven ini menyerukan upaya membangun dan mengembangkan “KELUARGA SEBAGAI RAHIM BELAS KASIH DAN PENGAMPUNAN”. Keluarga Kudus Nazareth telah melaksanakan hidup bersama dalam keluarganya sehari-hari sebagai sebuah “Rahim Ibu” yang menenteramkan hati. Kepribadiaan Bunda Maria yang sederhana, taat pada bimbingan Allah, serta ketulusan hati Santo Yoseph dan kesediaan penuh cinta memahami dan menerima istrinya penuh belas kasih (bdk. Mat 1:24) menjadikan keluarga sebagai “Rahim Belas kasih dan pengampunan”. Dalam keluarga seperti itulah, Anak Allah, Yesus dari Nazareth, “bertumbuh menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada padaNya” (Bdk. Luk 2:40).
Saudari-saudaraku, keluarga-keluarga katolik yang kukasihi!
Komitmen mengusahakan dan membangun Keluarga sebagai “Rahim belaskasih dan pengampunan” ini perlu diserukan, menyambung cita-cita untuk menjadikan KELUARGA SEBAGAI SUMBER SUKA CITA yang pernah kita refleksikan bersama pada Masa Prapaska tahun ini.
Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) tahun 2015 yang baru lalu, meneropong dan menghayati KELUARGA: SUKACITA INJILI. Tema keluarga selalu menarik untuk diangkat mengingat Keluarga merupakan sel terkecil dan terpenting bagi berkembangnya Gereja dan masyarakat yang tentram, aman, damai dan sejahtera. Gereja akan menjadi saksi kegembiraan hidup dan saksi cintakasih, duta obor pengharapan bilamana kehidupan keluarga-keluarga sungguh selaras dengan sukacita Injili. Keluarga disebut juga Gereja Rumah Tangga (Ecclesia domestica), sebagai sekolah iman bagi ayah-ibu dan anak-anak. Keluarga menjadi wadah utama pewarisan iman dan tradisi Gereja yang sehat, kesadaran hidup beradab dan bermartabat, serta pembentukan pribadi yang bernilai dan memiliki kasih sayang, bela rasa dan penghargaan terhadap sesama ciptaan.
Disamping itu, kita tidak menutup mata hati serta budi kita akan masih banyaknya persoalan-persoalan yang dihadapi keluarga baik itu keluarga di perkotaan maupun di pedesaan. Semakin maju zaman yang diiringi dengan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi, ternyata semakin besar dan berat tantangan keluarga-keluarga di masa kini.
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga berhadapan dengan berbagai persoalan yang terkadang mengancam fungsi dan peran keluarga itu sendiri. Persoalan-persoalan ekonomi, pengasuhan, pendidikan, keimanan rentan menimbulkan konflik dalam keluarga. Masih banyak keluarga yang kuat secara finansial dan ekonomi, namun sangat lemah dalam pengasuhan dan perlindungan bagi anak-anaknya. Ayah-ibu sangat sibuk mencari pendapatan dan melupakan hal paling hakiki dalam hidup keluarga, yakni cinta kasih dan pengasuhan. Atau keluarga yang sangat terbatas, miskin, terpinggir dan tak mampu memenuhi kebutuhan dasar yang mengancam tumbuh kembang anak-anaknya, bahkan keutuhan cinta suami istri. Atau juga persoalan psikologis dan sosial, mandegnya dialog dan komunikasi dalam keluarga menimbulkan konflik dan berakhir pada perpecahan. Krisis relasi dan moral serta iman dalam keluarga, cepat atau lambat akan mempengaruhi kondisi masyarakat.
Pada masa Adven ini, Kami hendak mendampingi keluarga-keluarga, pribadi-pribadi, orang muda, remaja, anak-anak, umatku yang sehat maupun yang sakit dengan doa tulus, kurban Ekaristi yang dipersembahkan untuk kalian semua, dalam semangat St. Paulus: “Karena Allah, yang kulayani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan Injil AnakNya, adalah saksiku, bahwa dalam doaku aku selalu mengingat kamu” (Rom 1:9). Saya mengajak para imam, suster, bruder, ibu bapa, anak-anak, remaja, pemuda, singkatnya semua orang untuk melihat hidup keluarga, komunitas kita masing-masing dalam cahaya kasih dan kerelaan untuk mengampuni. Terlebih sebagai persiapan batin dan tindak pembaruan hidup menjelang kelahiran Sang Penebus, setiap anggota keluarga diminta untuk mengupayakan kembali dalam semangat doa agar menjadikan keluarga sebagai rahim belas-kasih Allah. Dimana setiap orang yang datang atau pulang ke dalam keluarga (dan komunitas religius, pastoran) mendapatkan keamanan, kenyamanan dan jaminan akan pengampunan. Keluarga hendaknya menjadi tempat dimana Kasih Sayang Kristus yang penuh kasih dan pengampunan dialami. Dalam keluarga seperti itulah peristiwa “NATAL” dirasakan, dialami sebagai peristiwa sukacita Injili.
Kesadaran akan peran keluarga sebagai rahim belas kasih dan pengampunan semakin penting di tengah maraknya semangat mementingkan diri sendiri, mengabaikan orang lain, konflik dan persaingan, dendam, kehadiran pihak ketiga, macetnya dialog dan komunikasi suami-isteri atau orangtua dengan anak-anak, atau bahkan juga konflik antar keluarga. Semangat ini berpotensi memecah kesatuan keluarga menjadi pribadi-pribadi yang terisolasi dalam dirinya sendiri.
Saya mengajak semua saudara-saudariku dalam keluarga-keluarga Katolik, seirama dengan semangat tobat dalam masa Adven ini, untuk meningkatkan jumlah dan mutu keterlibatan kita dalam kehidupan iman bersama keluarga sehingga kita pun bisa menjadi agen perubahan masyarakat. Membuka mata, telinga, dan hati untuk merangkul seluruh anggota keluarga menjadi bagian aktif dalam mewujudkan rahim belaskasih dan pengampunan. Sebagai puncak dari praksis hidup saling berbelas-kasih dan mengampuni itu, kita rayakan dalam penerimaan sakramen Rekonsiliasi (Sakramen Pengakuan Dosa) dan Ekaristi.
Selamat menjalani masa Adven dengan komitmen “Menjadikan keluarga sebagai Rahim Belas kasih dan Pengampunan”.
Keluarga Nazareth, Yesus, Maria, dan Yoseph, doakanlah kami!
† Mgr. Paskalis Bruno Syukur †
Magnificat Anima Mea Dominum


Sabtu, 21 November 2015

MORAL PERKAWINAN KATOLIK


Sabtu, 14 Nopember 2015 KEP angkatan IX dan KEP  angkata VI OMK paroki Kristus Raja - Serang mengadakan kuliah umum di Aula Alexander dengan pembicara romo Alfonsus  Sutarno Pr.  Selain peserta KEP, hadir juga  umat paroki Kristus Raja - Serang.
Moralitas berarti hal  mengenai kebaikan dan keburukan.  Oleh karena itu masing-masing kita  menilai diri  sendiri, termasuk dalam kehidupan berumah tangga. 

APA YANG DISEBUT DENGAN PERKAWINAN?
Perkawinan menurut (kn. 1055) adalah Perjanjian perkawinan dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan seluruh hidup, yang menurut ciri kodratnya terarah pada kesejateraan suami istri atau kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibabtis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen.

PERJANJIAN
Dasar dari perjanjian adalah adanya  kemauan dari seorang pria dan seorang wanita untuk bersekutu tanpa syarat baik berupa waktu atau berupa kondisi.
Perjanjian adalah sesuatu yang sangat berat,  namun ada jaminan bahwa ketika persekutuan itu terjalin, maka persekutuan itu bersifat permanen.

Gereja katolik sangat menghargai perjanjian perkawinan dari suami istri dimana satu pria dan satu wanita akan saling menyempurnahkan. Hidup sebagai suami istri merupakan hidup yang sangat membahagiakan karena ketidak sempurnaan istri disempurnahkan suami dan ketidak sempurnaan suami disempurnahkan istri.  Jangan mencari  masalah tapi harus mencari solusi untuk mengatasi perbedaan secara bersama.

Sebuah pengalaman. Di Jakarta diadakan suatu program pengenalan  mengenai  calon pasangan.  Dalam acara yang dehelat selama 1 hari ini diadakan pengenalan pasangan masing-masing. Bukan hanya hal positip tapi juga yang negatip. Seorang peserta (laki-laki) membawa calon pasangannya. Saat program discover,  kedua pasangan tersebut berantam hanya karena satu pertanyaan yang sangat sepele yaitu saat sudah menikah dan mau tidur. Apakah dengan lampu gelap atau menyala? Ternyata jawaban keduanya berbeda. Colon istri mangatakan suka dengan lampu gelap. Sedangkan colon suami  suka dengan  suasana gelap. Perbedaan ini harus dicari solusi yaitu adanya dialog antara mereka. Tapi keduanya tetap mempertahankan keputusannya dengan saling ngotot dan berantam. Tiga bulan kemudian diadakan acara discover lagi. Si laki-laki itu membawa calon yang baru. 3 bulan kemudian orang tersebut datang dengan membawa calon yang ketiga dengan orang yang berbeda. Tentunya pertanyaan tetap sama. Rupa-rupanya dalam acara dia memilih yang nomor 2 dengan memutuskan no 1 dan no 3 dan menikah dengan yang nomor 2.

Sempurnahnya istri adalah suami dan sempurnahnya suami adalah istri yang keduanya menjadi satu karena adanya perjanjian. Perjanjian ini bukan merupakan kontrak yang dibatasi oleh syarat dan waktu., tapi satu untuk selamanya. Maka dalam perkawinan Katolik tidak bisa deceraikan.

 Perjanjian itu antara Seorang dan seorang. Maka dikenal dengan monogami. Antara laki-laki dan Perempuan. Jangan fisiknya laki- laki (rambutnya, tampangnya) tetapi ternyata dalamnya diragukan.
Ketika satu laki-laki dan satu perempuan diikat dalam satu perjanjian, maka perjanjian itu bukan hanya bagian perbagian atau sebagian dari hidup seseorang  tapi keseluruhan dari hidup. Apa yang menjadi milik dia juga menjadi milik aku dan apapun yang ada padanya menjadi milikku juga.

Sayangnya ketika suami istri menikah karakter pasangan belum banyak diketahui. Oleh karena itu pengenalan karakter seseorang sebelum menikah itu sangat penting. Apapun yang terjadi harus disatukan. Apapun adanya dia harus menjadi bagian dari diriku.  Seorang pakar lingkungan hidup dari Jepang yang menggeluti soal cinta  menyimpulkan 3 tipe cinta  yaitu:

1.       IF LOVE (aku mencintaimu Jika). Mencintai seseorang karena adanya syarat-syarat. Ini merupakan kategori cinta yang paling dangkal.
2.       BECAUSE LOVE (Aku mencintai kamu karena…) Kategori cinta ini adanya suatu dasar.
3.       DESPITE OF LOVE (Aku mencintai engkau  walaupun). Cinta yang lebih  utama

Ketidaksanggupan seseorang untuk melihat  hal hal baik diantara hala-hal baik yang muncul akan menjadi pemicu ikrar perjanjian nikah. Harapannya jika betul perjanjian itu antara pria dan wanita untuk seluruh hidup seseorang maka jangan melihat hal-hal negetip dalam diri pasangan tetapi carilah dalam hal negatip itu unsur-unsur positip.  

MENDIDIK ANAK
Mendidik bukan semata-mata disekolahkan tapi bagaimana nilai-nilai kekatolikan itu hadir didalam keluarga. Paus YohaneS Paulus II  mengatakan “keluarga merupakan gereja kecil atau dinamakan gereja rumahtangga”. Pendidikan anak tanggung jawab orang tua. Simbol untuk pendidikan anak adalah membabtis. Baik perkawinan sesama katolik, perkawinan beda gereja (katolik dengan protestan) atau beda agama, kewajiban untuk membabtis mutlak dilakukan.
Romo mangatakan bahwa Ketika bayi dilahirkan dalam keadaan telanjang. Bayi tidak pernah meminta untuk dipakaikan baju. Tetapi sebagai orang tua yang bertanggungjawab terhadap kesehatan fisik si anak maka orang tua akan memakaikan pakaian yang cocok untuk anak. Karena sudah terbiasa berpakaian sejak awal maka ketika besar ada yang menelanjangi maka diyakini dia pasti malu. Dia akan segera mencari pakaian.  Begitu juga soal iman. Bayi setelah lahir harus dibabtis dan disarankan  satu minggu  setelah lahir  Bila perlu lebih cepat.
Anak dibabtis lebih awal agar gambaran pertama pada anak adalah Yesus kristus. Saat pembabtisan si anak  dibuat tanda salib sebelum dibabtis dan diikuti orang tuanya untuk membuat tanda salib pada anak tersebut. Tujuannya agar pikiran atau gambar pertama pada anak adalah Yesus Kristus. Selanjutnya anak tersebut dipelihara lewat cinta kasih ibu bapak sebagai suami dan istri dan juga dibawah ke gereja.

Untuk orang-orang yang dibabtis, oleh Kristus Tuhan diangkat martabatnya. Perkawinan atas 2 orang yang dibabtis (babtis katolik atau babtis protestan yang diakui katolik), ketika orang tersebut menikah, martabatnya sangat tinggi. Walaupun pernikahan hanya 5 menit tapi terjadi antara 2 orang yang dibabtis maka disebut sakramen.  Sakramen atau bukan sakramen  tidak ditentukan ekaristi tapi batisan.
Misalnya pernikahan pasangannya beda agama (Hindu dan katolik). Dan dilakukan melalui Ekaristi. Walau diadakan dalam ekaristi, tetapi martabat perkawinan nya bukan merupakan sakramen karena yang satunya belum dibabtis. Beberapa tahun kemudian orang ini dibabtis maka sejak saat itu martabat perkawinannya sakramen. Tidak usah diperbaharui karena itu sudah sakramen.

Jika 2 pasangan menikah di gereja Protestan dan keduanya sudah dibabtis di gereja protestan dimana babtisan protestan diakui oleh gereja katolik maka ketika keduanya ingin menjadi katolik maka tidak akan dibabis lagi tetapi hanya diterima dalam gerja katolik. Ketika mereka sudah diterima dalam gereja katolik, apakah anak-anaknya boleh dibabtis?  Jika anak itu sudah dibabtis secara protestan dan diakui oleh gereja kotolik, maka dia tidak dibabtis lagi. Hanya diterima dalam gereja katolik, Kacuali anak itu belum dibabtis dan ketika mau dibabtis bapak ibunya menghendaki akan dibabtis secara katolik maka akan dibabtis secara katolik.  Dengan kata lain kalau mereka sudah dibabtis diprotestan dan bebtisan itu diakui gereja katolik maka tidak akan dibabtis lagi. Hanya diterima.  Jika ternya anak itu belum dibabtis, bapak ibunya menghendaki dibabtis katolik  maka akan dibabtis katolik. Syarat pembabtisan bayi yang utama adalah bukan kelengkapan surat tetapi jaminan pendidikan anak kedepan.

Stanis Kwen (KOMSOS Paroki Kristus Raja - Serang)




Sabtu, 07 November 2015

SEMINAR ISLAMOLOGI (TATA CARA BERDIALOG YANG BAIK)

BERDIALOG ALA KATOLIK  

Saat ini makin banyak perdebatan yang muncul di tengah perjalanan bangsa kita tercinta. Tidak hanya di acara resmi tetapi bisa juga dijumpai di warung kopi bahkan pangkalan ojek. Bukan hanya debat langsung dan terbuka tetapi bisa pula ditemukan di berbagai media baik di televisi hingga media sosial yang mirisnya dilakukan oleh akun-akun yang tidak bisa divalidasi keabsahannya. Topiknya pun beragam, mulai dari masalah bencana asap, polah dari politikus dan selebritis, bahkan hingga hal yang remeh semisal hasil pertandingan sepakbola atau jumlah wajah dalam sebuah gambar. Namun terkadang ada pula yang mengangkat isu sensitif seperti HAM dan SARA untuk diperdebatkan bahkan sebuah keputusan pejabat bisa ramai dibela dan dipojokkan hingga menyangkut agama yang dianut pejabat tersebut. Semua merasa paling benar, paling kuat, dan paling yang lainnya tanpa ada penyelesaian selain sumpah serapah, ancaman, dan penghinaan yang seolah saling berbalas untuk menjatuhkan agama lainnya.
Tergugah dengan fenomena tersebut, maka Paroki Kristus Raja Serang mengadakan Seminar Islamologi yang bertemakan “Bagaimana kita seharusnya berdialog tentang Islam”. Seminar ini dihelat pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015, seiring dengan program Kursus Evangelisasi Pribadi yang tengah diadakan di paroki ini. Dalam kesempatan ini, RD. Christophorus Tri Harsono, Vikjen Keuskupan Sufragan Bogor, hadir sebagai pembicara tunggal. Romo yang seorang Islamolog dan sering mengenalkan diri sebagai Romo Ustadz karena kefasihannya berbahasa Arab ini berkenan berada di tengah-tengah peserta KEP dan umat Katolik di Serang. Hal ini sejalan dengan ajaran Katolik dimana semua umat dituntut untuk mengabarkan warta gembira / kabar sukacita sehingga perlu dialog, komunikasi, merasul, dan terbuka terhadap yang lain.
Romo Tri menyampaikan materinya dengan gaya bahasa yang renyah dan diselingi canda yang turut menghidupkan suasana seminar sehingga jauh dari kesan kaku dan membosankan. Beliau mengawali pembahasan tema dengan terlebih dahulu mengungkapkan dua hal yang perlu dilakukan orang Katolik dalam berdialog. Pertama adalah dengan terlebih dahulu mengenali Allah dan ajaran Katolik dan berikutnya adalah menerapkan cara berdialog yang baik. Keduanya harus dilakukan secara berurutan agar menunjukkan semangat pewartaan yang penuh rasa menghargai perbedaan antara umat satu dan yang lainnya.
Pengenalan akan Allah dan ajaran-Nya
Allah melalui Yesus putera-Nya sering dikenal dengan kuasanya yang sanggup menghidupkan orang yang sudah meninggal. Akan tetapi yang terpenting adalah Allah sungguh ajaib karena mampu memberikan kehidupan. Hal ini dapat ditemukan dalam kisah penciptaan dunia beserta isinya yang mana Allah memandang semua itu baik. Meski demikian, terkadang bagi yang salah menafsirkan, kebaikan dan keajaiban Allah terkadang dibelokkan dengan mudahnya hanya karena hal-hal duniawi semata. Romo mencontohkan dua kejadian bagaimana seseorang bisa dengan mudahnya berpaling dan mempercayai agama lain karena keturunan dan kekayaan. Contoh pertama adalah orang yang menikah secara Katolik, lama tidak dikaruniai keturunan, lalu memutuskan untuk menceraikan pasangannya, dan saat berpindah langsung dikaruniai buah hati. Sontak dia berkeyakinan bahwa apa yang dianutnya memberikan kebahagiaan dan beroleh mukjizat. Padahal setelah adanya berbagai konflik dan dites DNA, ternyata sang buah hati adalah keturunan dari pasangannya terdahulu dan saat menganut agama Katolik. Contoh kedua adalah seseorang yang mendadak kaya setelah berpindah agama meskipun jika dilihat lagi, kekayaannya adalah buah saat dia berbuat baik selama menganut ajaran Kristus. Dari kedua contoh di atas, sesungguhnya merupakan ujian bagi iman Katolik kita sebab Allah tentunya punya berbagai jawaban atas segala pinta, apakah itu SABAR, TUNGGU, atau TIDAK jika dirasa memang Allah tidak akan mengabulkannya.
Romo melanjutkan dengan mereka yang murtad atau berpindah agama dengan menggolongkannya ke dalam tiga kategori yaitu murtad hancur lebur, murtad pecah, dan murtad retak. Murtad hancur lebur adalah mereka yang tidak pernah mengenal ajaran Katolik sebelumnya namun kemudian lantang menjelek-jelekkan setelah memeluk agama lain. Bagaimana dengan murtad pecah? Adalah mereka yang berpindah agama karena adanya pengkhianatan, tidak setia kepada pasangan, mengejar karir dan kekayaan, atau hal duniawi lainnya. Sedangkan murtad retak mengandung arti mereka yang masih memeluk agama Katolik, tetapi hanya memberikan kritik, menghakimi ajaran Katolik, tanpa memberikan masukan atau solusi yang membangun, serta mereka yang sulit bahkan tidak pernah mengampuni sesamanya. Untuk mengatasi hal di atas, Romo Ustadz menyarankan agar setiap umat melihat kembali materai jaminan kerajaan Allah yang sudah dimiliki setiap umat Katolik melalui rahmat pembabtisan.  Babtis merupakan awal kita masuk dalam ajaran Kristus, dibebaskan dari dosa asal dan dosa pribadi serta hukuman atas dosa-dosa tersebut. Jadi kenapa harus pindah? Kita harus setia dan semakin mendalami ajaran Katolik untuk lebih mempertebal iman dan percaya pada jalan yang diarahkan-Nya.
Tata Cara Berdialog yang Baik
Setelah mengenal Allah dan ajaran-Nya dengan baik dan mendalam, maka kita baru bisa mengadakan dialog lintas agama ataupun dengan umat Katolik lainnya dengan baik. Beberapa poin tersebut bisa diringkas sebagai berikut :
1.    Mengetahui dan mengimani agamanya sendiri dengan benar serta memiliki gambaran iman dari agama yang akan diajak dialog.
2.    Memiliki pengetahuan iman yang setingkat atau sederajat untuk menghindari miss communication.
3.    Membicarakan keunggulan dan kebaikan dari agama masing-masing sesuai ajaran Kitab Suci tiap agama dan juga persamaan yang bisa ditemui meski tetap menerima perbedaan yang ada.
4.    Hindari membicarakan hal yang sensitif semisal hal poligami, kelemahan Nabi, dan lain sebagainya.
5.    Memilih topik kehidupan, kemanusiaan, pengetahuan dan sosial, kebangsaan, dan hal umum lainnya dan tidak perlu membicarakan aqidah atau dasar keimanan meski tidak masalah bagi agama Katolik.
6.    Peserta dialog tidak hanya para pemimpin tetapi bisa melibatkan banyak peserta asalkan memang memiliki keinginan berdialog yang sama dan dilakukan secara berkelanjutan tanpa ada paksaan.
7.    Setiap agama memiliki tingkat kesulitan dialog yang berbeda sehingga diperlukan upaya cerdas untuk mengatasi penyakit-penyakit agama yang bisa merusak indahnya dialog.

Apa saja penyakit-penyakit agama tersebut? Fanatisme, atau  keyakinan yang berlebihan akan ajaran agamanya dan menganggap agama lainnya salah, cenderung sulit diubah atau menerima masukan. Fatalisme, yaitu kepasrahan terhadap segala hal dan menganggap semuanya adalah nasib yang tidak bisa diubah. Padahal diungkapkan oleh Romo bahwa nasib berasal dari bahasa Arab “an nashib” yang berhubungan dengan manusia utamanya usaha manusia yang hasilnya ditentukan oleh manusia itu sendiri. Berbeda dengan takdir yang asal katanya adalah “al qodr” yang bermakna setiap yang terjadi atas manusia sudah digariskan oleh Allah sehingga meskipun manusia sudah berusaha, namun Allah yang akan menjadi penentunya. Sinkretisme, berupa usaha penyatuan dan pencampuran berbagai tradisi agama dengan perbedaan-perbedaan mendasarnya sehingga muncul sekte atau aliran agama baru. Terakhir adalah Tahayul, yang berasal dari bahasa Arab “al-tahayul” yang bermakna reka-rekaan, persangkaan, dan khayalan atau bisa dengan kata lain tahayul adalah kepercayaan terhadap perkara gaib, tanpa diselidiki lebih lanjut kebenaran atau sebab-sebabnya.

Romo Tri membawakan setiap bahasannya dengan lugas dan penuh penekanan di bagian tertentu sehingga menarik umat peserta seminar. Sesi tanya jawab menjadi padat dengan aneka pertanyaan mulai dari pertanyaan terkait ayat Alkitab maupun hal-hal seputar sosial dan adat. Beberapa dijawab dengan mantab oleh Romo termasuk bagaimana mewujudkan dialog sederhana antar umat beragama di lingkungan sekitar melalui kerja bakti atau hajatan tetangga rumah serta membentuk kelompok dialog melalui WKRI, Legio Mariae, bahkan kelompok kategorial yang berhubungan dengan umat beragama lainnya. Romo merangkum seminar kali ini dengan harapan agar sebagai umat Katolik harus mampu untuk mengusahakan dialog antar umat beragama dengan baik, dengan terlebih dahulu mempertebal keimanan kita melalui banyak hal semisal mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi. Dengan semangat evangelisasi, maka akan tercipta lecutan energi untuk berani mewartakan kabar sukacita Allah tanpa harus memandang dengan siapa kita akan mengabarkannya. Romo menegaskan bahwa agama Katolik selalu terbuka untuk setiap dialog dan bahkan diatur dalam Dekrit, Insiklik, juga pedoman serta ajaran yang unggul. Selamat berdialog ala Katolik!






Sabtu, 31 Oktober 2015

PEGELARAN WAYANG KULIT DENGAN LAKON “SEMAR MANTU” OLEH DALANG KI NANO SUYANTO PUJO ASMORO DI GEREJA KRISTUS RAJA - SERANG – BANTEN


Tanggal 23 Oktober 2015  diadakan pegelaran Wayang kulit  dan diselingi campur sari Purboyo putro Boyolali di halaman Gereja Kristus Raja-Serang. Acara dimulai pukul 19.00 Wib. Sampai selesai dan terbuka untuk umum.  Banyak umat yang berantosias untuk menonton pegelaran wayang kulit ini.  Acara diawali dengan Kirab menghantar romo Stefanus Sumardiyo Adipranoto,  Romo Thomas, Romo Alvares Maria CSE,  Romo Edwin serta para ketua lingkungan Paroki Kristus Raja – Serang.

Dalam sambutannya  pastor paroki mengatakan bahwa

Malam ini merupakan malam suka cita bagi kita semua  karena : 

1.  .1.  Bersyukur menyambut pastor  yang baru  menerima Penthabisan suci di Sukabumi yaitu Pastor  Alvares  Maria, CSE

2.  2. Menyongsong perayaan Pesta nama pelindung gereja Paroki Kristus Raja-Serang yang melipu Anyer, Serang, Merak, Cilegon, Cikande (ASMARA CINTA).

Pegelaran wayang kulit semalam suntuk ini  mengambil Lakon SEMAR MANTU”
Semar Mantu dipelesetkan (Sumardiyo Mantu)

Visi dan misi dari pegelaran wayang kulit  

Visi
“Memelihara dan melestarikan budaya bangsa Indonesia  berupa wayang kulit  agar tidak  punah apalagi diakui oleh bangsa lain,  seraya kita berupaya untuk  merawat dan memelihara juga karena cipta, rasa dan karsa”

Misi:
1.      Bersyukur, Memberikan penghiburan kepada masyarakat yang haus akan pegelaran wayang kulit sekaligus  membuka ajang bersilahturami dengan para sesepuh, sahabat , teman, kerabat, kawan dan para pencinta wayang kulit, seturut amanat pimpinan gereja tertinggi (bapak  Paus ) agar kami membuka hati kepada siapapun. Bukalah pintu gerbang  gerajamu, bukalah pintu pastoralmu untuk menerima saudara saudarimu lebih-lebih yang berkekurangan.
2.   Bersyukur  atas  penthabisan  Pastor Maria Alvares, CSE. Yang  akan ditugaskan di wilayah       Cikanere – Cianjur. 

Pegelaran wayag kulit merupakan wahana jaminan fakta kehidupan manusia dari sifat, watak  dan krakter, prilaku sampai pada tatanan, tuntunan  dan tontonan.  

Semar mantu sebagai mitos  cerminan rakyat  kecil yang setia kepada majikan. Semar secara Etimologis berarti Eseme samar-samar. Bukan mesem nang kamar. Semar juga bisa dikaitkan dengan kata samara  yang artinya bergegas.

Makna simbolisasi semar. 
Sebuah pesan agar kita senantiasa tekun dan bekerja keras untuk mencari dan memenuhi kebutuhan hidup, kendati hasilnya hanya untuk makan namun mendapat kepuasan bathin karena usaha dan kerja inilah yang  menjadikan hidup jadi langgeng lestari.

Filosofi Semar dengan jari Telunjuk. Semar seolah olah menuding melambangkan karsa, kehendak atau keinginan dan cita-cita yang kuat untuk menciptakan sesuatu. Semar merupakan pusat punakawan dan asal usul dari  keseluruhan punakawan itu sendiri. Semar disegani oleh para kawan maupun lawan. Semar menjadi rujukan bagi kesatria  untuk meminta nasehat dari tokoh yang dihormati. Namun Semar tetap rendah hati, tidak sombong, jujur dan tetap mengasihi sesama, dapat menjadi teladan yang baik dan benar. Penuh pujian tetapi tidak lupa diri

Mantu artinya sing di eman-eman wis metu. yaitu Romo Alvares Maria, CSE.






Kamis, 22 Oktober 2015

REVISI KETENTUAN LOMBA MAZMUR PESTA NAMA 2015


1.               Kategori Peserta
a.      Peserta adalah umat Paroki Kristus Raja, Serang;
b.      Peserta bukan anggota komunitas Pemazmur Paroki Kristus Raja, Serang;
c.       Masing-masing lingkungan mengirimkan 1 orang peserta (putra/putri);
d.         Usia peserta adalah 15 s/d 35 tahun yang merupakan potensi baru di Paroki Kristus  Raja Serang.
2.               Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a.           Minggu, 08 November 2015
b.           Pukul 10:00 s/d selesai
c.           Gedung. Gereja
3.               Materi Lomba
Mazmur Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam, Tahun B
4.               Bobot Penilaian
Range 5 – 100, skala 5
5.               Kriteria Umum
Masing-masing Ketua Lingkungan mendaftarkan perwakilan lingkungannya sebagai peserta lomba kepada Panitia pada 04 Oktober s/d 01 November 2015.;
a.            Peserta hadir 30 menit sebelum lomba dimulai, untuk daftar ulang dan briefing;
b.            Peserta mengenakan pakaian yang pantas;
c.             Peserta akan dipanggil untuk tampil sesuai dengan nomor urut masing-masing. Jika tiga kali dipanggil peserta tidak hadir, maka akan dilanjutkan ke peserta berikutnya. Giliran tampil peserta yang tidak hadir pada saat dipanggil tersebut akan ditentukan kembali oleh Panitia;
d.            Peserta menginformasikan kepada Panitia nada dasar yang akan digunakan.
e.            Menjaga ketertiban selama lomba berlangsung;
f.              Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat;
g.            Pemenang akan diumumkan pada Minggu, 15 November 2015;
h.            Bagi para Peserta Lomba Mazmur akan diberikan penghargaan.