Kelender Liturgi

Jumat, 06 Mei 2016

PERAYAAN MISA PADA HARI PENDIDIKAN NASIONAL DI GEREJA KRISTUS RAJA, SERANG


Apa yang kita harapkan dari proses pendidikan? Kita menginginkan anak-anak berkembang utuh sebagai manusia, yang beriman dan berilmu. Manusia muda itu berkarakter, mempunyai kompetensi akademik, memiliki hati nurani, dan memiliki kepedulian. Anak-anak dipersiapkan hingga mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang salah dan benar, dan mampu mengambil keputusan pada perkara-perkara yang serius dan berat dalam hidup mereka. Iman mereka, yang mendalam dan tangguh, harus bisa menjadi landasan untuk hidup bersaudara. Persaudaraan manusiawi sejati diharapkan menjadi habitus melayani dan berbagi ilmu kehidupan dengan sesama. Ini penting untuk kita di Indonesia, yang multikultur, multi agama, multi etnik, bhineka tunggal ika. Proses pendidikan akan berhasil bila seluruh Umat Allah, orangtua, orang muda, para religius, terpanggil untuk secara cerdas dan kreatif terlibat di dalamnya.

Bagaimana kita mendukung proses pengembangan pendidikan Katolik? Berbagai komponen umat (orang tua, penyelenggara pendidikan, paroki dan mitra kerja), perlu bersinergi meliputi berbagai bidang perhatian, seperti misalnya aspek kehidupan ekonomis, ekologis, kesehatan, sosial, keamanan, politis, secara menyeluruh dan integral.  Kerjasama dan jejaring ini perlu agar sekolah-sekolah mampu mengikuti perkembangan zaman, namun tidak melupakan sisi pelayanan. Lebih-lebih untuk melayani mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Kerjasama dan jejaring yang lebih luas akan membantu kita tetap berwawasan kebangsaan dalam mengembangkan pendidikan. Semoga hasilnya adalah anak-anak bangsa yang jujur, berani melawan korupsi, dan bertanggungjawab dalam pelayanan demi kebaikan bersama.

Untuk menjawab semuanya ini maka pada 02 Mei 2016, pkl. 17.00, Gereja Kristus Raja-Serang mengadakan perayaan misa yang dipimpin oleh RD. Stefanus Edwin Ticoalu dan Diakon Alfonsus Sombolinggi. Perayaan ini dihadiri sekitar 300 umat dan sebagian besar terdiri dari siswa-siswi katolik dari tingkat taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi dan juga tentunya para peserta didik.

Dalam homilinya romo Edwin mengatakan bahwa bacaan dalam Kitab Suci mengenai Roh Kebenaran yang bertugas untuk membenarkan, dan meneguhkan bahwa Yesus adalah kasih karya penyelamatan. Hal ini berarti bahwa yang datang ke dunia ini adalah Yesus yang akan menyelamatakan seisi dunia sehingga orang yang percaya dan beriman kepadaNya dipanggil untuk menjadi saksi iman. Salah satunya adalah bapak-ibu guru yang berperan aktif untuk meyelamatkan dunia lewat karya pendidikan yaitu mendidik, membimbing dan membina para muridnya untuk menuju pada suatu karya keselamatan pada suatu tingkat kedewasaan sehingga anak-anak menjadi orang yang dewasa. 

Romo merasa bangga karena masih ada orang yang berprofesi sebagai guru sehingga patut kita meneladaninya. Panggilan sebagai seorang guru juga menghadapi banyak tantangan bahkan dikucilkan, tetapi seorang guru tidak berputus asa karena merasa yakin bahwa  anak-anak didiknya senantiasa bangga  bahkan  selalu menaruh hormat kepada mereka. Dihari pendidikan ini anak-anak senantiasa mau untuk mendengarkan dan mengabdi kepada gurunya sehingga bisa merasakan  adanya suatu  bimbingan dan ilmu dalam dirinya dari seorang guru dan kelak akan menjadi seorang yang berilmu atau berpengetahuan. Selain dididik di sekolah anak-anak tersebut juga dibimbing dan dididik di keluarga masing-masing. Orang tua mempercayakan anak-anaknya untuk dididik oleh para guru sekaligus orang tua juga mengajarkan agar anak-anaknya harus patuh dan mendengarkan nasehat guru

Kita semua merupakan orang-orang yang beriman dan selalu senantiasa mau mengikuti ajaran Yesus, selain itu kita juga harus mengikuti apa yang menjadi petuah dan larangan–larangan dari para pendidik kita meskipun kita merasa jenuh dan tidak enak. Hal ini merupakan suatu tantangan dan kita dituntut untuk menghadapi tantangan tersebut dengan merenungkan sabda Tuhan yaitu sabda dari Yesus sendiri sekaligus kita harus siap untuk menghayati apa yang menjadi  panggilan kita masing-masing. Marilah kita merenungkan dan menghayati apa yang menjadi peran kita masing-masing baik sebagai murid maupun sebagai tenaga pendidikan, karena disinilah kita diutus oleh  Kristus untuk meneruskan pengabdianNya. Kita senantiasa mendengarkan apa yang menjadi nasehat Kristus sehingga kita bisa menemukan peranan kita masing-masing. Demikian homili singkat dari romo Edwin.

Kalau kita membiarkan Tuhan yang membangun hidup kita, maka tidak ada yang sia-sia (bdk Mz 127:1). Menjadi murid-murid Yesus bukanlah perkara kata-kata, melainkan perkara berbuat secara nyata, "dalam hal inilah Bapaku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu" (Yoh 15:8).
Semoga Hari Pendidikan Nasional menjadi saat bagi kita untuk sadar, bahwa dunia kita adalah pinjaman dari generasi anak-cucu kita, yang harus dikembalikan sebaik-baiknya. Masa depan anak-anak bangsa Indonesia harus bersatu dan menjadi lebih baik.

Terimakasih kepada para guru dan pendidik, para pejuang dan pemerhati pendidikan, dan para orang tua yang dipanggil menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak-anak kita.




0 komentar: