
Dalam rangka HOSS, seluruh Gereja diundang untuk berdoa secara khusus bagi orang sakit, di samping juga untuk merenungkan makna penderitaan dalam peziarahan manusia menuju rumah Bapa. Paroki-paroki diundang untuk merayakan Hari Orang Sakit Sedunia secara konkret dengan mengadakan Misa untuk Orang Sakit di setiap paroki. Pada kesempatan itu, perlu digalakkan penyadaran tentang peran iman dalam menghadapi penderitaan dan sakit, demikian pula ditingkatkan kesadaran tentang arti kristiani dari penderitaan dan sakit.

Masa penderitaan bisa diubah menjadi masa rahmat.” Seringkali dalam penderitaan orang digoda untuk menjadi putus asa dan kehilangan harapan, tetapi dengan menyadari penyertaan Tuhan, masa ini
bisa diubah menjadi masa rahmat untuk “mawas diri,” untuk “mengevaluasi kembali hidup seseorang, mengakui kegagalan dan kesalahan, membangkitkan kerinduan akan Bapa dan mengikuti jalan menuju rumah-Nya.”
Paus Benediktus XVI menekankan secara khusus tugas Gereja
untuk memberikan “sakramen-sakramen penyembuhan,” yaitu sakramen Rekonsiliasi
dan Pengurapan Orang Sakit, yang umumnya “mendapatkan penutupan alamiahnya
dalam Ekaristi.” Dimensi penyembuhan dari sakramen-sakramen inilah yang perlu
ditekankan kembali.
Semua ini menunjukkan bahwa Gereja melanjutkan kepedulian
Yesus Kristus kepada orang sakit, dan bahwa melalui kuasa penyembuhan dari
sakramen-sakramen itu, Yesus masih hadir dan bekerja di tengah-tengah umat.

Perayaan
ini juga diadakan di Aula Alexander Gereja Kristus Raja – Serang yang dipimpin
oleh RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto dan RD. Stefanus
Edwin Ticoalu, dimana disepakati
dengan mengadakan Adorasi. Adorasi ini subtansinya sama dengan perayaan
Ekaristi. Seperti halnya telah disampaikan oleh Keuskupan di Surabaya, dimana bapak Uskupnya
menekankan bahwa jangan merayakan perayaan Ekaristi bersamaan Adorasi, maka
kita pun melakukan hal demikian. Dalam Ekaristi kita akan menyambut Tubuh dan
DarahNya sedangkan dalam adorasi kita akan menyambut kehadiranNya.
Dalam
homolinya, romo Sumardiyo manyampaikan bahwa kita harus mengkedepankan iman dan
memohon seperti Bunda Maria. Bunda Maria dihadirkan disini supaya Bunda Maria
sungguh-sungguh merangkul semua doa dan harapan kita dan menyampaikannya kepada
Kristus.
Lakukanlah
apa yang Ia katakana padamu
Layaklah Kita
melakukan permohonan / intensi kita pada Bunda Maria dan bunda tidak akan
menolok permohonan kita. Kita harus mengakui Bunda Maria dan Yesus betul-betul
memiliki hubungan yang begitu dekat dan saling berbagi
maka keduaNya dapat mengatakan “ini Aku, Aku milikMu”. Yesus mentaati sungguh-sungguh kepada orang tuaNya.
maka keduaNya dapat mengatakan “ini Aku, Aku milikMu”. Yesus mentaati sungguh-sungguh kepada orang tuaNya.
Seperti yang
terjadi di Kana, maka ditempat ini juga kita pun meyakini bahwa Bunda Maria
mempunyai kuasa untuk mendengarkan
doa-doa kita dan diteruskan ke Tuhan Yesus.
Pada saat itu
romo Sumardiyo mendoakan satu-satu umat yeng mengikuti adorasi, selanjutnya romo
Edwin mengoleskan minyak di dahi dan telapak tangan umat tersebut dan juga
berdoa kepada mereka.
Semoga menjadi karya kerasulan kita bersama untuk
selalu menjamah mereka yang sakit, baik sakit fisik maupun sakit psikis.
Senantiasa memberi penghiburan dan pengharapan dalam kondisi yang sulit, bahwa
janji Tuhan selalu ditepati-Nya.
By. Komsos Paroki Kristus Raja - Serang
0 komentar:
Posting Komentar