Kelender Liturgi

Minggu, 29 November 2015

SURAT GEMBALA AKSI ADVEN PEMBANGUNAN KEUSKUPAN BOGOR TAHUN 2015


“Keluarga: Rahim Belas Kasih dan Pengampunan”
Saudara-saudari para imam, bruder, suster serta para bapa-ibu, kakek nenek, anak-anak, orang muda katolik yang terkasih dalam Kristus.
Damai dan bergembiralah dalam Tuhan!
Kita akan memulai pembukaan Tahun Liturgi baru tanggal 29 November sebagai Minggu Pertama masa Adven, masa penantian akan kelahiran Yesus Kristus yang dijanjikan Allah kepada umatNya. Masa penantian ini kita hayati bersama dalam sikap tobat untuk pembaruan hidup pribadi dan hidup keluarga.
Secara khusus, Kami, Uskupmu bersama para imam, seluruh perangkat Keuskupan, Paroki, Wilayah dan lingkungan selama masa Adven ini menyerukan upaya membangun dan mengembangkan “KELUARGA SEBAGAI RAHIM BELAS KASIH DAN PENGAMPUNAN”. Keluarga Kudus Nazareth telah melaksanakan hidup bersama dalam keluarganya sehari-hari sebagai sebuah “Rahim Ibu” yang menenteramkan hati. Kepribadiaan Bunda Maria yang sederhana, taat pada bimbingan Allah, serta ketulusan hati Santo Yoseph dan kesediaan penuh cinta memahami dan menerima istrinya penuh belas kasih (bdk. Mat 1:24) menjadikan keluarga sebagai “Rahim Belas kasih dan pengampunan”. Dalam keluarga seperti itulah, Anak Allah, Yesus dari Nazareth, “bertumbuh menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada padaNya” (Bdk. Luk 2:40).
Saudari-saudaraku, keluarga-keluarga katolik yang kukasihi!
Komitmen mengusahakan dan membangun Keluarga sebagai “Rahim belaskasih dan pengampunan” ini perlu diserukan, menyambung cita-cita untuk menjadikan KELUARGA SEBAGAI SUMBER SUKA CITA yang pernah kita refleksikan bersama pada Masa Prapaska tahun ini.
Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) tahun 2015 yang baru lalu, meneropong dan menghayati KELUARGA: SUKACITA INJILI. Tema keluarga selalu menarik untuk diangkat mengingat Keluarga merupakan sel terkecil dan terpenting bagi berkembangnya Gereja dan masyarakat yang tentram, aman, damai dan sejahtera. Gereja akan menjadi saksi kegembiraan hidup dan saksi cintakasih, duta obor pengharapan bilamana kehidupan keluarga-keluarga sungguh selaras dengan sukacita Injili. Keluarga disebut juga Gereja Rumah Tangga (Ecclesia domestica), sebagai sekolah iman bagi ayah-ibu dan anak-anak. Keluarga menjadi wadah utama pewarisan iman dan tradisi Gereja yang sehat, kesadaran hidup beradab dan bermartabat, serta pembentukan pribadi yang bernilai dan memiliki kasih sayang, bela rasa dan penghargaan terhadap sesama ciptaan.
Disamping itu, kita tidak menutup mata hati serta budi kita akan masih banyaknya persoalan-persoalan yang dihadapi keluarga baik itu keluarga di perkotaan maupun di pedesaan. Semakin maju zaman yang diiringi dengan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi, ternyata semakin besar dan berat tantangan keluarga-keluarga di masa kini.
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga berhadapan dengan berbagai persoalan yang terkadang mengancam fungsi dan peran keluarga itu sendiri. Persoalan-persoalan ekonomi, pengasuhan, pendidikan, keimanan rentan menimbulkan konflik dalam keluarga. Masih banyak keluarga yang kuat secara finansial dan ekonomi, namun sangat lemah dalam pengasuhan dan perlindungan bagi anak-anaknya. Ayah-ibu sangat sibuk mencari pendapatan dan melupakan hal paling hakiki dalam hidup keluarga, yakni cinta kasih dan pengasuhan. Atau keluarga yang sangat terbatas, miskin, terpinggir dan tak mampu memenuhi kebutuhan dasar yang mengancam tumbuh kembang anak-anaknya, bahkan keutuhan cinta suami istri. Atau juga persoalan psikologis dan sosial, mandegnya dialog dan komunikasi dalam keluarga menimbulkan konflik dan berakhir pada perpecahan. Krisis relasi dan moral serta iman dalam keluarga, cepat atau lambat akan mempengaruhi kondisi masyarakat.
Pada masa Adven ini, Kami hendak mendampingi keluarga-keluarga, pribadi-pribadi, orang muda, remaja, anak-anak, umatku yang sehat maupun yang sakit dengan doa tulus, kurban Ekaristi yang dipersembahkan untuk kalian semua, dalam semangat St. Paulus: “Karena Allah, yang kulayani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan Injil AnakNya, adalah saksiku, bahwa dalam doaku aku selalu mengingat kamu” (Rom 1:9). Saya mengajak para imam, suster, bruder, ibu bapa, anak-anak, remaja, pemuda, singkatnya semua orang untuk melihat hidup keluarga, komunitas kita masing-masing dalam cahaya kasih dan kerelaan untuk mengampuni. Terlebih sebagai persiapan batin dan tindak pembaruan hidup menjelang kelahiran Sang Penebus, setiap anggota keluarga diminta untuk mengupayakan kembali dalam semangat doa agar menjadikan keluarga sebagai rahim belas-kasih Allah. Dimana setiap orang yang datang atau pulang ke dalam keluarga (dan komunitas religius, pastoran) mendapatkan keamanan, kenyamanan dan jaminan akan pengampunan. Keluarga hendaknya menjadi tempat dimana Kasih Sayang Kristus yang penuh kasih dan pengampunan dialami. Dalam keluarga seperti itulah peristiwa “NATAL” dirasakan, dialami sebagai peristiwa sukacita Injili.
Kesadaran akan peran keluarga sebagai rahim belas kasih dan pengampunan semakin penting di tengah maraknya semangat mementingkan diri sendiri, mengabaikan orang lain, konflik dan persaingan, dendam, kehadiran pihak ketiga, macetnya dialog dan komunikasi suami-isteri atau orangtua dengan anak-anak, atau bahkan juga konflik antar keluarga. Semangat ini berpotensi memecah kesatuan keluarga menjadi pribadi-pribadi yang terisolasi dalam dirinya sendiri.
Saya mengajak semua saudara-saudariku dalam keluarga-keluarga Katolik, seirama dengan semangat tobat dalam masa Adven ini, untuk meningkatkan jumlah dan mutu keterlibatan kita dalam kehidupan iman bersama keluarga sehingga kita pun bisa menjadi agen perubahan masyarakat. Membuka mata, telinga, dan hati untuk merangkul seluruh anggota keluarga menjadi bagian aktif dalam mewujudkan rahim belaskasih dan pengampunan. Sebagai puncak dari praksis hidup saling berbelas-kasih dan mengampuni itu, kita rayakan dalam penerimaan sakramen Rekonsiliasi (Sakramen Pengakuan Dosa) dan Ekaristi.
Selamat menjalani masa Adven dengan komitmen “Menjadikan keluarga sebagai Rahim Belas kasih dan Pengampunan”.
Keluarga Nazareth, Yesus, Maria, dan Yoseph, doakanlah kami!
† Mgr. Paskalis Bruno Syukur †
Magnificat Anima Mea Dominum


0 komentar: