Kelender Liturgi

Sabtu, 13 Agustus 2016

Seminar Liturgi “Mendalami Perayaan Ekaristi” Paroki Kristus Raja, Serang

Beberapa waktu yang lalu, perwakilan dari bidang liturgi DPP Paroki Kristus Raja – Serang mengikuti Kursus Liturgi yang diadakan oleh Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia (ILSKI) bekerja sama dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Sebagai tindak lanjutnya, Seksi Liturgi Ekaristi – Bidang Liturgi DPP paroki ini kemudian menyelenggarakan Seminar Liturgi dengan tema “Mendalami Perayaan Ekaristi” yang bertempat di Gedung Alexander, Paroki Kristus Raja-Serang, pada Minggu, 7 Agustus 2016, mulai pukul 10.30 hingga selesai. Seminar yang dihelat oleh Bidang Liturgi dengan melibatkan Orang Muda Katolik (OMK) Paroki dalam kepanitiaannya ini menghadirkan Romo Riston Situmorang, OSC. sebagai pembicara tunggal dalam kapasitasnya sebagai Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Bandung sekaligus anggota Komisi Liturgi KWI.

Seminar kali ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai lingkungan dan kelompok kategorial yang ada dalam cakupan Paroki Kristus Raja – Serang yang secara geografis terletak di ujung barat Pulau Jawa. Hal ini sesuai dengan visi Keuskupan Bogor untuk menjadi ‘communio’ dari aneka komunitas basis yang beriman mendalam serta misi keuskupan ini untuk menghadirkan Kerajaan Allah, dengan mengabdikan diri secara aktif dalam meningkatkan keimanan dan martabat manusia melalui pemberdayaan semua potensi. Harapan utama tentunya output dari seminar dapat dinikmati dan diaplikasikan dalam pelayanan dan pelaksanaan liturgi ekaristi di paroki.
Setelah dibuka dengan doa, saudara Fransiscus Asisi Himawan (Sie Liturgi dan Ekaristi Paroki), bertindak sebagai moderator dengan membuka sesi sharing situasi terkini dari pelaksanaan liturgi Ekaristi di Paroki Kristus Raja – Serang. Beberapa peserta seminar menanggapi dengan mengungkapkan ulasan dan keluhan dalam pelaksanaan liturgi ekaristi selama ini. Isi sharing cukup beragam, mulai dari persiapan pelayanan sebagai petugas liturgi,  keseragaman tata gerak, tata letak,  dan tata liturgi, hingga pemilihan lagu untuk perayaan liturgi ekaristi yang masih menjadi simpang siur di kalangan umat. Hal ini rasanya sangat tepat  sebagai umpan dan pembuka dalam pembahasan “Liturgi Perayaan Ekaristi” yang menjadi judul utama dalam presentasi Romo Riston pada saat dipersilakan untuk memberikan tanggapan.

Romo muda yang cerdas dan energik ini menanggapi dengan  sedikit perkenalan sekaligus pengalamannya menjadi komisi liturgi. Banyaknya tantangan bahkan bagaimana pandangan umat atau dari pelayan umat (imam) lainnya tentang susahnya berurusan dengan dirinya sebagai seksi liturgi. Sebagai orang muda, dengan idealisme tinggi, beliau sadar bahwa menegakkan liturgi tidak hanya berpegang pada kebenaran namun juga kebijaksanaan. Sebuah pancingan menarik dari beliau adalah tentang apa yang akan kita cari dalam liturgi? Menurut beliau bukan hanya benar atau salah justru bagaimana kita menggali inti dan makna yang terkandung dalam liturgi Ekaristi itu sendiri. Sehingga perlu persiapan batin saat mengikuti perayaan ekaristi baik sebagai umat maupun petugas liturgi sehingga mempu mengikuti semua ritus dalam perayaan ekaristi.
Dengan gaya bertuturnya yang lugas, cepat, dan apa adanya, Romo Riston mulai menjelaskan berbagai hal mengenai Liturgi Perayaan Ekaristi. Beliau mengawali dengan tiga pilar sebagai panduan Liturgi Katolik yaitu Kitab Suci, Tradisi Gereja, dan Magisterium serta prinsip Unitas dan Universal yang seharusnya menjamin keseragaman dalam pelaksanaan Liturgi Ekaristi. Beberapa hal dikupas juga mulai dari tingkatan doa hingga puncaknya pada dinamika  menuju puncak perayaan ekaristi yang terdiri dari Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi, dan Ritus Penutup yang secara keseluruhan mencakup 42 ritus. Sesekali Romo menyelipkan candaan untuk menyegarkan suasana, misalnya bagaimana tak jarang beliau harus beradu argumen dengan para senior bahkan menikmati kemarahan umat ketika meluruskan tata liturgi ekaristi di salah satu paroki.
Pada saat masuk sesi tanya jawab, ternyata antusias dari peserta tidak memudar. Hal ini terbukti dalam banyaknya pertanyaan yang terlontar dalam seminar yang juga dihadiri RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto (Romo Paroki), didampingi Romo Thomas, Romo Edwin, dan Romo Berto ini. Apabila ditarik satu benang merah, tersirat bagaimana umat  menginginkan adanya keseragaman dalam  perayaan liturgi ekaristi baik di gereja paroki, stasi, maupun di lingkungan bisa berjalan dengan baik meski dalam berbagai kondisi dan dengan siapapun imamnya. Namun Romo Riston sangat piawai dalam menetralisir situasi dengan mengatakan bahwa bukan benar dan salah melainkan bagaimana liturgi Ekaristi bisa memenuhi syarat dan hakikatnya sebagai suatu tindakan bersama, simbolis, sakral, dan resmi. Peserta diajak untuk lebih bijak  dan memahami Ekaristi dengan lebih baik lagi, bukan menjadi farisi-farisi liturgi yang hanya memperhatikan kesalahan-kesalahan dalam liturgi. Beliau memberikan beberapa contoh kesalahan dalam liturgi yang seyogyanya dapat diatasi dalam lingkup akademis ataupun katekese dengan melibatkan seluruh perangkat gereja dan perwakilan umat.

Ajakan Romo Riston di ujung sesi tanya jawab, diamini oleh Romo Thomas dalam doa penutup yang sekaligus mengemukakan idiom “membiasakan yang benar bukan membenarkan yang sudah biasa”. Secara garis besar, seminar liturgi kali ini sukses dengan antusias peserta dan bagaimana seminar berjalan dengan dinamis. Ke depannya menurut panitia akan ditindaklanjuti dengan program kerja seminar Musik Liturgi yang akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan umat akan liturgi ekaristi.
Terima kasih Romo Riston, Romo Mardi dan segenap Romo di Paroki Kristus Raja - Serang
Terima kasih dan proficiat untuk Bidang Liturgi & Ekaristi beserta OMK Paroki Kristus Raja – Serang atas kelancaran dan keberhasilan penyelenggaraan Seminar Liturgi ini.
Terima kasih kepada para peserta seminar dan umat paroki pada umumnya yang turut menjadi bagian dalam seminar ini.
Sampai jumpa di seminar Liturgi selanjutnya.
  


0 komentar: