Apa
yang kita harapkan dari proses pendidikan? Kita menginginkan anak-anak
berkembang utuh sebagai manusia, yang beriman dan berilmu. Manusia muda itu
berkarakter, mempunyai kompetensi akademik, memiliki hati nurani, dan memiliki
kepedulian. Anak-anak dipersiapkan hingga mampu membedakan mana yang baik dan
buruk, mana yang salah dan benar, dan mampu mengambil keputusan pada
perkara-perkara yang serius dan berat dalam hidup mereka. Iman mereka, yang
mendalam dan tangguh, harus bisa menjadi landasan untuk hidup bersaudara.
Persaudaraan manusiawi sejati diharapkan menjadi habitus melayani dan berbagi
ilmu kehidupan dengan sesama. Ini penting untuk kita di Indonesia, yang
multikultur, multi agama, multi etnik, bhineka tunggal ika. Proses pendidikan
akan berhasil bila seluruh Umat Allah, orangtua, orang muda, para religius,
terpanggil untuk secara cerdas dan kreatif terlibat di dalamnya.
Bagaimana
kita mendukung proses pengembangan pendidikan Katolik? Berbagai komponen umat
(orang tua, penyelenggara pendidikan, paroki dan mitra kerja), perlu bersinergi
meliputi berbagai bidang perhatian, seperti misalnya aspek kehidupan ekonomis,
ekologis, kesehatan, sosial, keamanan, politis, secara menyeluruh dan integral. Kerjasama dan jejaring ini perlu agar
sekolah-sekolah mampu mengikuti perkembangan zaman, namun tidak melupakan sisi
pelayanan. Lebih-lebih untuk melayani mereka yang kecil, lemah, miskin,
tersingkir dan difabel. Kerjasama dan jejaring yang lebih luas akan membantu
kita tetap berwawasan kebangsaan dalam mengembangkan pendidikan. Semoga
hasilnya adalah anak-anak bangsa yang jujur, berani melawan korupsi, dan
bertanggungjawab dalam pelayanan demi kebaikan bersama.
Untuk
menjawab semuanya ini maka pada 02 Mei 2016, pkl. 17.00, Gereja Kristus Raja-Serang
mengadakan perayaan misa yang dipimpin oleh RD. Stefanus Edwin Ticoalu dan Diakon Alfonsus Sombolinggi. Perayaan ini dihadiri sekitar
300 umat dan sebagian besar terdiri dari siswa-siswi katolik dari tingkat taman
kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi dan juga tentunya para peserta didik.
Dalam
homilinya romo Edwin mengatakan bahwa bacaan dalam Kitab Suci mengenai Roh Kebenaran
yang bertugas untuk membenarkan, dan meneguhkan bahwa Yesus adalah kasih karya penyelamatan.
Hal ini berarti bahwa yang datang ke dunia ini adalah Yesus yang akan menyelamatakan
seisi dunia sehingga orang yang percaya dan beriman kepadaNya dipanggil untuk
menjadi saksi iman. Salah satunya adalah bapak-ibu guru yang berperan aktif untuk
meyelamatkan dunia lewat karya pendidikan yaitu mendidik, membimbing dan membina
para muridnya untuk menuju pada suatu karya keselamatan pada suatu tingkat
kedewasaan sehingga anak-anak menjadi orang yang dewasa.
Romo
merasa bangga karena masih ada orang yang berprofesi sebagai guru sehingga
patut kita meneladaninya. Panggilan sebagai seorang guru juga menghadapi banyak
tantangan bahkan dikucilkan, tetapi seorang guru tidak berputus asa karena merasa
yakin bahwa anak-anak didiknya senantiasa
bangga bahkan selalu menaruh hormat kepada mereka. Dihari
pendidikan ini anak-anak senantiasa mau untuk mendengarkan dan mengabdi kepada
gurunya sehingga bisa merasakan adanya
suatu bimbingan dan ilmu dalam dirinya dari
seorang guru dan kelak akan menjadi seorang yang berilmu atau berpengetahuan. Selain
dididik di sekolah anak-anak tersebut juga dibimbing dan dididik di keluarga
masing-masing. Orang tua mempercayakan anak-anaknya untuk dididik oleh para
guru sekaligus orang tua juga mengajarkan agar anak-anaknya harus patuh dan
mendengarkan nasehat guru
Kita
semua merupakan orang-orang yang beriman dan selalu senantiasa mau mengikuti
ajaran Yesus, selain itu kita juga harus mengikuti apa yang menjadi petuah dan
larangan–larangan dari para pendidik kita meskipun kita merasa jenuh dan tidak
enak. Hal ini merupakan suatu tantangan dan kita dituntut untuk menghadapi
tantangan tersebut dengan merenungkan sabda Tuhan yaitu sabda dari Yesus
sendiri sekaligus kita harus siap untuk menghayati apa yang menjadi panggilan kita masing-masing. Marilah kita
merenungkan dan menghayati apa yang menjadi peran kita masing-masing baik
sebagai murid maupun sebagai tenaga pendidikan, karena disinilah kita diutus
oleh Kristus untuk meneruskan pengabdianNya.
Kita senantiasa mendengarkan apa yang menjadi nasehat Kristus sehingga kita
bisa menemukan peranan kita masing-masing. Demikian homili singkat dari romo
Edwin.
Kalau kita membiarkan
Tuhan yang membangun hidup kita, maka tidak ada yang sia-sia (bdk Mz 127:1).
Menjadi murid-murid Yesus bukanlah perkara kata-kata, melainkan perkara berbuat
secara nyata, "dalam hal inilah Bapaku dipermuliakan, yaitu jika kamu
berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu" (Yoh 15:8).
Semoga
Hari Pendidikan Nasional menjadi saat bagi kita untuk sadar, bahwa dunia kita
adalah pinjaman dari generasi anak-cucu kita, yang harus dikembalikan
sebaik-baiknya. Masa depan anak-anak bangsa Indonesia harus bersatu dan menjadi
lebih baik.
Terimakasih
kepada para guru dan pendidik, para pejuang dan pemerhati pendidikan, dan para
orang tua yang dipanggil menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
kita.
0 komentar:
Posting Komentar