Beberapa waktu yang lalu, perwakilan dari bidang liturgi DPP
Paroki Kristus Raja – Serang mengikuti Kursus Liturgi yang diadakan oleh
Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia (ILSKI) bekerja sama dengan Konferensi
Waligereja Indonesia (KWI). Sebagai tindak lanjutnya, Seksi Liturgi Ekaristi –
Bidang Liturgi DPP paroki ini kemudian menyelenggarakan Seminar Liturgi dengan
tema “Mendalami Perayaan Ekaristi” yang bertempat di Gedung Alexander, Paroki
Kristus Raja-Serang, pada Minggu, 7 Agustus 2016, mulai pukul 10.30 hingga
selesai. Seminar yang dihelat oleh Bidang Liturgi dengan melibatkan Orang Muda
Katolik (OMK) Paroki dalam kepanitiaannya ini menghadirkan Romo Riston
Situmorang, OSC. sebagai pembicara tunggal dalam kapasitasnya sebagai Ketua
Komisi Liturgi Keuskupan Bandung sekaligus anggota Komisi Liturgi KWI.
Seminar kali ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai
lingkungan dan kelompok kategorial yang ada dalam cakupan Paroki Kristus Raja –
Serang yang secara geografis terletak di ujung barat Pulau Jawa. Hal ini sesuai
dengan visi Keuskupan Bogor untuk menjadi ‘communio’ dari aneka komunitas basis yang beriman
mendalam serta misi keuskupan ini untuk menghadirkan Kerajaan Allah, dengan
mengabdikan diri secara aktif dalam meningkatkan keimanan dan martabat manusia
melalui pemberdayaan semua potensi. Harapan utama tentunya output dari seminar
dapat dinikmati dan diaplikasikan dalam pelayanan dan pelaksanaan liturgi
ekaristi di paroki.
Setelah dibuka dengan doa, saudara Fransiscus Asisi Himawan (Sie Liturgi dan Ekaristi Paroki),
bertindak sebagai moderator dengan membuka sesi sharing situasi terkini dari pelaksanaan liturgi Ekaristi di Paroki
Kristus Raja – Serang. Beberapa peserta seminar menanggapi dengan mengungkapkan
ulasan dan keluhan dalam pelaksanaan liturgi ekaristi selama ini. Isi sharing cukup beragam, mulai dari
persiapan pelayanan sebagai petugas liturgi,
keseragaman tata gerak, tata letak, dan tata liturgi, hingga pemilihan lagu untuk
perayaan liturgi ekaristi yang masih menjadi simpang siur di kalangan umat. Hal
ini rasanya sangat tepat sebagai umpan
dan pembuka dalam pembahasan “Liturgi Perayaan Ekaristi” yang menjadi judul
utama dalam presentasi Romo Riston pada saat dipersilakan untuk memberikan
tanggapan.
Romo muda yang cerdas dan energik ini menanggapi dengan sedikit perkenalan sekaligus pengalamannya
menjadi komisi liturgi. Banyaknya tantangan bahkan bagaimana pandangan umat atau
dari pelayan umat (imam) lainnya tentang susahnya berurusan dengan dirinya
sebagai seksi liturgi. Sebagai orang muda, dengan idealisme tinggi, beliau
sadar bahwa menegakkan liturgi tidak hanya berpegang pada kebenaran namun juga
kebijaksanaan. Sebuah pancingan menarik dari beliau adalah tentang apa yang
akan kita cari dalam liturgi? Menurut beliau bukan hanya benar atau salah
justru bagaimana kita menggali inti dan makna yang terkandung dalam liturgi Ekaristi
itu sendiri. Sehingga perlu persiapan batin saat mengikuti perayaan ekaristi
baik sebagai umat maupun petugas liturgi sehingga mempu mengikuti semua ritus
dalam perayaan ekaristi.
Dengan gaya bertuturnya yang lugas, cepat, dan apa adanya,
Romo Riston mulai menjelaskan berbagai hal mengenai Liturgi Perayaan Ekaristi.
Beliau mengawali dengan tiga pilar sebagai panduan Liturgi Katolik yaitu Kitab
Suci, Tradisi Gereja, dan Magisterium serta prinsip Unitas dan Universal yang
seharusnya menjamin keseragaman dalam pelaksanaan Liturgi Ekaristi. Beberapa
hal dikupas juga mulai dari tingkatan doa hingga puncaknya pada dinamika menuju puncak perayaan ekaristi yang terdiri
dari Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi, dan Ritus Penutup yang
secara keseluruhan mencakup 42 ritus. Sesekali Romo menyelipkan candaan untuk
menyegarkan suasana, misalnya bagaimana tak jarang beliau harus beradu argumen
dengan para senior bahkan menikmati kemarahan umat ketika meluruskan tata
liturgi ekaristi di salah satu paroki.
Pada saat masuk sesi tanya jawab, ternyata antusias dari peserta
tidak memudar. Hal ini terbukti dalam banyaknya pertanyaan yang terlontar dalam
seminar yang juga dihadiri RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto (Romo
Paroki), didampingi Romo Thomas, Romo Edwin, dan Romo Berto ini. Apabila
ditarik satu benang merah, tersirat bagaimana umat menginginkan adanya keseragaman dalam perayaan liturgi ekaristi baik di gereja
paroki, stasi, maupun di lingkungan bisa berjalan dengan baik meski dalam
berbagai kondisi dan dengan siapapun imamnya. Namun Romo Riston sangat piawai
dalam menetralisir situasi dengan mengatakan bahwa bukan benar dan salah
melainkan bagaimana liturgi Ekaristi bisa memenuhi syarat dan hakikatnya
sebagai suatu tindakan bersama, simbolis, sakral, dan resmi. Peserta diajak
untuk lebih bijak dan memahami Ekaristi
dengan lebih baik lagi, bukan menjadi farisi-farisi liturgi yang hanya
memperhatikan kesalahan-kesalahan dalam liturgi. Beliau memberikan beberapa
contoh kesalahan dalam liturgi yang seyogyanya dapat diatasi dalam lingkup
akademis ataupun katekese dengan melibatkan seluruh perangkat gereja dan
perwakilan umat.
Ajakan Romo Riston di ujung sesi tanya jawab, diamini oleh
Romo Thomas dalam doa penutup yang sekaligus mengemukakan idiom “membiasakan yang benar bukan membenarkan
yang sudah biasa”. Secara garis besar, seminar liturgi kali ini sukses
dengan antusias peserta dan bagaimana seminar berjalan dengan dinamis. Ke
depannya menurut panitia akan ditindaklanjuti dengan program kerja seminar
Musik Liturgi yang akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan umat akan
liturgi ekaristi.
Terima kasih Romo
Riston, Romo Mardi dan segenap Romo di Paroki Kristus Raja - Serang
Terima kasih dan
proficiat untuk Bidang Liturgi & Ekaristi beserta OMK Paroki Kristus Raja – Serang atas
kelancaran dan keberhasilan penyelenggaraan Seminar Liturgi ini.
Terima
kasih kepada para peserta seminar dan umat paroki pada umumnya yang turut
menjadi bagian dalam seminar ini.
Sampai
jumpa di seminar Liturgi selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar