PERAYAAN
EKARISTI PESTA YESUS DIPERSEMBAHKAN DI KENISAH
SERAYA
MENGUCAP SYUKUR ATAS ULANG TAHUN TAHBISAN PRESBYTERAT RD. THOMAS GREGORIUS
SLAMET RIYADI
(2
FEBRUARI 2002 – 2 FEBRUARI 2016)
Paroki Kristus Raja – Serang
menghidupkan kembali suatu perayaan yang sudah langka setelah masa Natal
usai. Sebagaimana kita ketahui, 40 hari yang lalu kita merayakan Natal,
kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus dengan penuh syukur, sukacita, dan semarak. Kemudian
masa Natal akan berakhir pada tanggal 2 Februari 2016 dengan perayaan pesta
Yesus dipersembahkan di Kenisah. Maka pada tanggal 3 Februari 2016, diadakan
perayaan pesta tersebut di Gereja Katolik Kristus Raja – Serang dengan
melibatkan segenap umat paroki utamanya anak-anak yang tergabung dalam BIA
(Bina Iman Anak).
Jika melihat sejarah dari peristiwa Yesus diserahkan di kenisah, maka
erat kaitannya dengan hukum Taurat. Dalam hukum tersebut tertulis: “Kuduskanlah
bagi-Ku semua anak sulung, semua yang lahir terdahulu dari kandungan pada orang
Israel, baik pada manusia maupun pada hewan; Akulah yang empunya mereka”
(Keluaran 13: 2). Oleh karena itu Yusuf dan Maria juga mempersembahkan Yesus
sebagai ungkapan syukur atas anugerah istimewa dalam hidup mereka, yakni Yesus
sendiri sang putera sulung. Mereka ingin bersyukur kepada Allah atas sang
putera yang menghadirkan kebahagiaan dalam keluarga.
Dalam Injil dikisahkan bahwa Yesus
dipersembahkan di Kenisah atau Bait Allah setelah 40 hari kelahirannya dan
setelah 32 hari Dia disunat. Diceritakan pula bagaimana keluarga kudus Nazaret
itu bertemu dengan Simeon dan Hana. Simeon
memberkati Yesus dan berkata kepada Maria bahwa Yesus akan menjadi terang dunia.
Sedangkan Hana mengucap syukur kepada
Allah dan berbicara tentang Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan
untuk Yerusalem. Sungguh, hal ini menjadi tanda bahwa Yesus adalah Mesias yang
dinantikan seluruh umat manusia.
Jadi, apakah Yesus dipersembahkan di Kenisah hanya untuk memenuhi hukum
Taurat? Ternyata tidak hanya itu. Dia datang untuk menampakkan dirinya kepada
umat yang percaya kepadaNya. Dari sinilah terungkap visi Tuhan kita Yesus Kristus bahwa
Yesus yang masih bayi itu diproklamirkan menjadi Terang Dunia. Kedatangan Yesus
bukan saja sebagai Mesias yang dijanjikan kepada Israel tetapi Dialah sang
terang bagi segala bangsa sebagaimana ucapan Simeon.
Melihat tradisi masa
lampau, para orang tua tentu tidak mau menjadikan
anak-anak mereka sebagai kurban persembahan, jadi mereka menebus bayi mereka
(dalam bahasa Ibrani, Pinyon ha-ben
atau “menebus anak”) dengan mempersembahkan lima syikal perak (kurang lebih 50
gram perak). Mereka juga bisa menggantinya dengan mempersembahkan dua ekor
burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati bagi yang tidak mampu.
Burung-burung itulah yang dikurbankan di altar Tuhan sebagai persembahan.
Tradisi tersebut
diteruskan turun temurun dalam gereja Katolik dengan berbagai penyesuaian
seturut perkembangan zaman. Di masa sekarang keluarga-keluarga membawa putra dan
putrinya untuk mohon berkat Tuhan disertai pemberkatan lilin. Lilin dimaksud
adalah sebagai simbol terang dan cahaya Kristus yang hendaknya harus dijaga
dalam setiap keluarga Katolik. Hal ini juga sebagai perlambang Yesus Kristus
sebagai terang dunia yang menghalau kegelapan dan menghadirkan damai bagi
setiap umat manusia. Kita semua akan memasuki Rumah Allah untuk menyongsong dan
bertemu Yesus dalam perjamuan Kudus sampai pada hari Yesus Kristus datang kembali
dengan semarak kemuliaanNya.
Terdorong
untuk melestarikan tradisi luhur di atas, maka Paroki Kristus Raja Serang juga
merayakan pesta ini dengan rangkaian prosesi yang khidmat. Diawali dengan
prosesi pemberkatan lilin dengan dipimpin oleh RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto
selaku Romo Kepala Paroki Kristus Raja. Prosesi ini dilaksanakan di Aula
Alexander Gereja Katolik Kristus Raja – Serang dengan diikuti ratusan anak-anak
yang didampingi orangtua dan keluarganya. Pemberkatan dilakukan pada
lilin-lilin yang akan digunakan di sepanjang tahun 2016 ini yaitu untuk
perayaan Ekaristi ataupun juga untuk perayaan liturgis lainnya.
Prosesi ini sangat
berkaitan dengan cahaya dan terang Tuhan Yesus Kristus serta kental dengan
simbol-simbol penting. Simbol tersebut diantaranya mengungkapkan simbol dari
penyucian, simbol dari pentahiran, simbol dari kemuliaan, dan juga simbol
kemakmuran, kesuburan, kebahagiaan, serta harapan akan hidup yang lebih baik.
Tahapan ini disebut juga Candle-Mass
(Misa Lilin) selain juga disebut sebagai Pesta Pentahiran Bunda Perawan Maria
yang telah melahirkan Tuhan Yesus. Setelah lilin diberkat dengan air suci,
kemudian Romo menerima sebuah lilin yang sudah dinyalakan dan menyalahkan lilin
yang sudah dipegang oleh anak-anak dan umat untuk selanjutnya melakukan
prosesi perarakan menuju ke dalam gereja.
Puncak dari pesta ini
adalah dilakukan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh RD. Thomas
Gregorius Slamet Riyadi sebagai Selebran utama serta RD. Stefanus Maria
Sumardiyo Adipranoto dan RD. Stefanus Edwin Ticoalu sebagai Konselebran. Terasa
istimewa karena pada tanggal 2 Februari 2016, Romo Thomas juga merayakan Tahbisan
Presbyterat (Tabisan Imamat) yang ke-14. Lebih istimewa karena Romo yang
dikenal sangat dekat dan sayang dengan anak-anak ini memperingatinya dalam
sebuah misa syukur di tengah lautan wajah-wajah kecil nan ceria.
Dalam
homilinya Romo Thomas mengatakan bahwa pemberkatan dan perarakan lilin
mengingatkan kita kembali pada suatu peristiwa yang mebuat orang menyadari
bahwa hidup manusia harus senantiasa mengikuti rencana Allah. Bukan soal
romantisme atau tradisi orang-orang Yahudi tetapi dari situ betul-betul
terungkap bahwa Sang Mesias itu sudah hadir di tengah manusia. Dia yang lahir
sebagai terang dunia mempunyai rencana besar untuk menyelamatkan manusia dengan mengikuti
kehendak atau rencana Allah
Romo
yang dikenal bersuara merdu ini juga menegaskan bahwa anugerah terbesarnya
adalah ketika mendapat Tahbisan Imamat dalam angka-angka unik. Mulai dari
tanggal tahbisan yang bernuansa angka 2, kemudian beberapa hal bernuansa angka
dua lainnya. Hal tersebut seolah mengingatkan beliau akan kasih Allah yang
besar dan bagaimana harus belajar lebih setia lagi kepada Tuhan seturut
panggilan yang dijalaninya. Beliau harus belajar bagaimana mengajar
mengajak, dan membimbing umat untuk mendengarkan serta mengimani rencana
keselamatan Tuhan. Puncaknya tentu saja bagaimana umat mampu untuk menyebarkan
kabar keselamatan itu dengan berbuat baik dan benar tanpa terjebak dengan
rutinitas yang membosankan
Setelah
perayaan Ekaristi, diadakan acara syukuran dan ramah tamah bersama umat atas
ulang tahun Tahbisan Presbyterat RD. Thomas Gregorius Slamet Riyadi di Aula
Alexander Gereja Katolik Kristus Raja – Serang.
PROFICIAT DAN SYUKUR ATAS ULANG TAHUN
TAHBISAN PRESBYTERAT XIV
RD. THOMAS GREGORIUS SLAMET RIYADI
(2 PEBRUARI 2002 - 2 PEBRUARI 2016)
0 komentar:
Posting Komentar