Menghadapi
tahun 2016, Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Bogor mengadakan aksi
jemput bola dengan mengadakan pertemuan PSE paroki per dekanat. Tujuannya
adalah menimba dan berbagi pengalaman, mendengarkan keluhan atau tantangan PSE
lingkup paroki, serta anjang sana agar lebih mengenal team PSE tiap paroki.
Setelah dekanat Utara dan Selatan, maka
hari Minggu, 21 Februari 2016,
tiba giliran Dekanat Barat (Serang dan Rangkasbitung) yang didatangi ketua PSE
Keuskupan Bogor, RD. Yohanes Maria Ridwan Amo. Namun karena terbentur dengan
jadwal kegiatan lain, team PSE Paroki Santa Maria Tak Bernoda Rangkasbitung
tidak dapat menghadiri pertemuan yang dihelat di Aula Alexander Paroki Kristus
Raja - Serang.
Pertemuan
ini dibuka oleh Ibu Theresia Teki Astuti sebagai tuan rumah sekaligus ketua PSE
Paroki Kristus Raja - Serang. Dalam sambutannya, Ibu Teki mengungkapkan bahwa
pertemuan ini adalah satu kesempatan yang lama dinantikan mengingat sebagian
besar team PSE Paroki adalah pengurus baru. Tentunya belum banyak mengenal dan mengetahui
program kerja PSE terutama dari keuskupan sehingga diharapkan melalui acara ini
dapat diselaraskan antara program kerja PSE Paroki dengan PSE Keuskupan Bogor.
Lebih lanjut Ibu Teki mengharapkan Romo Ridwan agar dapat memberikan arahan guna
pengembangan sumber daya manusia sekaligus sharing terkait kerja sama dalam setiap
program kerja PSE utamanya terkait pembiayaan kegiatan.
Setelah
kedua sambutan di atas, tiba giliran Romo Ridwan untuk memulai acara pertemuan.
Rsurvey
sosial asalkan berupa kegiatan kelompok bukan perorangan. Namun sayangnya,
belum banyak paroki yang mengetahui bahkan Romo Ridwan mengakui bahwa pada saat
bertugas di satu paroki, beliau juga tidak pernah meminta dana dari PSE
Keuskupan karena tidak mengetahuinya. Hal inilah yang mendorong beliau untuk
aktif mensosialisasikan brosur ini ke tiap dekanat agar tidak ada kendala dalam
pelayanan karena terdapat prosedur mengajukan dana APP ke tingkat keuskupan
ataupun ke tingkat Nasional.
omo mengawali sesi-nya dengan menjelaskan maksud kedatangannya yaitu ingin mendengarkan
kendala dan tantangan dari PSE Paroki dalam melaksanakan pelayanannya. Satu hal
yang pertama kali disinggung oleh beliau adalah brosur mengenai APP utamanya
pengajuan dana APP yang sebenarnya sudah diedarkan pada setiap paroki melalui
para romo atau sekretariat paroki. Di dalam brosur tersebut termuat lengkap mengenai
kriteria kegiatan yang bisa dibiayai dengan dana APP, karena dikelola oleh PSE
Keuskupan, termasuk prosedur permohonan dana untuk pembiayaan kegiatan. Misalnya
usaha pemenuhan kebutuhan hidup pribadi atau bersama, budidaya pertanian,
pemeliharaan lingkungan hidup, kursus manajemen dan penyuluhan, dan lain
sebagainya hingga advokasi masyarakat atau
Dalam
sharing selanjutnya, Romo menceritakan pengalaman kunjungan di dekanat Utara
dan Selatan agar juga menjadi pengetahuan bagi dekanat Barat. Di dekanat
Selatan, khususnya daerah Cicurug, Romo mengutarakan banyaknya kegiatan ekonomi
kreatif yang dikembangkan PSE. Diantaranya adalah pembuatan pupuk, tanaman
hidroponik, bahkan pembuatan tas yang sudah ada pasarnya. Hal ini dipelopori
oleh beberapa orang yang bersedia untuk membagikan ilmunya ke paroki manapun
serta menyediakan pasar untuk penjualan produk asalkan berkualitas. Masih di
dekanat Selatan, di daerah Cianjur akan digalakkan bank sampah sebagai sumber
pendapatan keluarga. Beralih ke dekanat Utara, di kawasan Cinere, terdapat
pelatihan pijat refleksi yang juga bisa dijadikan sebagai satu sumber
pendapatan ekonomi. Tentunya hal ini diutarakan oleh Romo agar dekanat Barat
pun mampu lebih kreatif dengan mengadakan pelatihan mengingat daerah Serang dan
Rangkasbitung termasuk potensial untuk dikembangkan.
Dalam
kesempatan selanjutnya Romo mengadakan dialog interaktif dengan peserta
pertemuan yang diawali dengan Suster Berna yang mengungkapkan hasil
kunjungannya ke lingkungan dan menemukan ada keluarga dengan seorang ibu single parent dengan empat orang anak
yang kesulitan biaya hidup dan biaya kuliah. Hal ini ditanggapi Ibu Teki dengan
mengungkapkan prosedur pengajuan beasiswa ke PSE Paroki dimana siapapun boleh
melapor ke team PSE atau melalui lingkungan bila menemukan kasus yang sama
karena apabila memenuhi persyaratan, maka bantuan biaya bisa sampai tingkat
perguruan ting
gi. Romo Ridwan mengingatkan agar hal ini bisa disikapi dengan
jeli, hati-hati, dan cermat karena setiap orang kadang kala memiliki
sensitivitas yang tinggi terkait label tidak mampu atau berkekurangan serta
takaran kemiskinan yang berbeda di setiap daerah. Bisa jadi niat kita menolong
namun disalahartikan sehingga yang bersangkutan merasa malu atau justru tidak
berkenan. Romo hanya menegaskan bahwa apabila lingkungan memiliki seksi PSE
maka merekalah garda depan untuk hal-hal ini sekaligus pemantauan dan
pengawasan agar bantuan yang digunakan tepat sasaran dan digunakan semestinya.
Dalam
sesi selanjutnya, diungkapkan oleh salah satu peserta yang berasal dari seksi
sosial lingkungan (Pak PHS. Widodo) terkait susahnya pengajuan dana PSE untuk
kegiatan yang sebenarnya merupakan kegiatan produktif dan bertujuan
mengembangkan sosial ekonomi keluarga. Hal ini diatasi dengan menggandeng
pihak-pihak yang bisa menyediakan pelatihan gratis atau pemangku wewenang di
pemerintahan. Satu contoh adalah pelatihan pembuatan kue yang bekerja sama
dengan toko kue milik umat paroki sehingga alat dan bahan tidak perlu
mengeluarkan dana paroki. Contoh berikutnya adalah kerja sama dengan dinas
pertanian propinsi yang menyediakan fasilitas green house dengan fasilitas benih dan pupuk serta tanah yang
diperlukan. Romo Ridwan menanggapi dengan menegaskan upaya beliau untuk adanya
transparansi kepada umat terkait penggunaan dana PSE. Beliau juga menegaskan
bahwa penjatahan dana PSE tidak hanya bergantung pada prosentase karena
kebutuhan tiap paroki berbeda. Namun Romo mengingatkan pula bahwa fokus tahun
ini bukan pendanaan karitatif tetapi lebih ke pemberdayaan (SDM dan ekonomi keluarga)
meski tetap dibuka untuk pengajuan dana kegiatan karitatif.
Menanggapi
pernyataan terakhir dari Romo Ridwan, Ibu Teki menyatakan bahwa untuk seksi
Karitatif di bawahnya saat ini sudah membuat strategi dengan pengumpulan dana
atau sembako dari umat yang mampu untuk dibagikan kepada umat yang tidak mampu.
Selain itu, ada pula program road show sembako untuk menjangkau umat non
Katolik yang berkekurangan di sepanjang jalan yang dilalui. Beliau melanjutkan
dengan beberapa program untuk sub seksi di bawah PSE seperti pemeriksaan dan
seminar kesehatan gratis (sub seksi kesehatan), kegiatan orang tua asuh (sub
seksi orang tua asuh), dan contoh lainnya.
sekaligus memperkenalkan jajaran team PSE Paroki Kristus Raja – Serang
termasuk Bapak Stefanus Winarno yang merupakan ketua PSE Paroki juga. Hal ini
ditanggapi oleh Romo Ridwan dengan mengungkapkan bahwa beliau sedang
membereskan tatanan PSE Keuskupan mulai dari bidang pendidikan dan lainnya.
Meski beliau tegaskan bahwa PSE Keuskupan hanya mengurus dan mengalokasikan
dana dari semua paroki. Romo juga menanggapi adanya subsidi silang antar seksi
bahkan dalam kasus tertentu beliau bisa mengusahakan keseluruhan dana proyek
untuk paroki yang umatnya tidak mampu sehingga dibuat sebagai proyek PSE
Keuskupan.
Romo
Ridwan juga mengajak berdiskusi mengenai BPJS untuk umat yang tidak mampu. Hal
ini ditujukan untuk mereka yang sakit agar menjadi perhatian team PSE
Lingkungan atau Paroki. Lebih lanjut Romo menghimbau jangan sampai umat kita
yang meninggal karena tidak mampu mejadi tidak diurus secara Katolik. Topik ini
memancing dialog aktif terkait subsidi dari lingkungan terlebih dahulu untuk
kemudian dilaporkan kepada PSE Paroki antara Pak Andi (Ketua Korbid III) dengan
Pak Sardjono (Komsos Paroki). Pak Andi melanjutkan terkait pengembangan sumber
daya ekonomi yang bisa memancing adanya pasar kaget di gereja. Namun hal ini
disikapi bijak oleh Romo Ridwan dengan menghimbau paroki untuk lebih kreatif
dalam mengusahakan pasar untuk pemasaran kreativitas umat. Paroki hendaknya
menjembatani produsen untuk langsung ke konsumen / pembeli tanpa melalui
makelar/tengkulak semisal dengan sistem online. Meski tantangannya berat karena
memutus mata rantai yang juga berhubungan dengan hajat hidup orang tertentu.
Tapi tetap harus dicoba agar semakin besar keuntungan yang didapat oleh umat
dan makin memancing produksi kreatif yang lainnya.
Masih
banyak hal lainnya yang tentu ingin dibahas, namun waktu juga yang membatasi
pertemuan ini. Banyak tata cara / prosedur dan sedikit gambaran kerangka PSE
Keuskupan Bogor yang bisa menjadi acuan bagi PSE Paroki. Ada pula hal-hal yang
memancing ide kreatif karena sharing
Romo Ridwan terkait kegiatan dekanat lainnya. Semoga apa yang digagas oleh Romo
Ridwan dibantu Pak Erik serta staf PSE lainnya bisa membawa angin segar untuk
pemberdayaan team PSE Paroki se-keuskupan Bogor. Pertemuan pun ditutup dengan
foto bersama dan acara makan siang yang telah disiapkan oleh team PSE Paroki
Kristus Raja-Serang. Terima kasih.
By.
Komsos Paroki Kristus Raja - Serang